Nilai diri seseorang bisa diukur dari seberapa banyak orang lain mau membayar jasa atau pekerjaan yang dilakukannya. Tidak seorang pun mau bekerja tanpa bayaran, bukan? Saya yakini itu. Bahkan termasuk mereka yang ’tidak meminta bayaran’. Jika Anda bayar mereka, ya tentu diterima juga. Secara langsung atau tidak langsung, secara terbuka atau terselubung; kita mengharapkan bayaran dari pekerjaan yang kita lakukan. Wajar? Sangat wajar sekali. Yang tidak wajar adalah; ketika pekerjaan kita dibuat seperti bahan komoditi. Anda faham maksud saya? Jika Anda membeli cabe rawit seharga 2,000 rupiah, maka jumlah yang Anda terima tentu akan lebih sedikit daripada tetangga Anda yang membayar tukang sayur sebesar Rp.20,000. Orang-orang yang membuat kinerjanya seperti komoditi hanya akan berprestasi sesuai uang yang diterimanya. Kongkritnya, mereka mengatakan;”Dengan gaji segini, kenapa gua musti kerja bagus?” Mereka merasa rugi untuk berprestasi lebih tinggi.
Kita percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan hasil dari setiap usaha yang dilakukannya. Mereka yang kerjanya banyak, hasilnya mestinya ya juga banyak. Masalahnya, kadang hasil yang kita dapatkan tidak selalu sejalan dengan kerja keras yang sudah kita lakukan. Setidak-tidaknya, itulah yang sering dikeluhkan oleh begitu banyak karyawan. Ada orang yang kerjanya santai namun gajinya sama dengan kita. Ada orang yang kinerjanya biasa saja, tapi kok dia yang mendapatkan ’penghargaan’ lebih banyak dari kita. Makanya, banyak orang yang kemudian memilih untuk berkarya alakadarnya saja. Dalam pengamatan saya, anggapan itu tidak selalu benar. Yang sering benar adalah; kita tidak tahu ’apa yang ditanam’ oleh orang lain yang kita kira ’bekerja lebih sedikit’ itu. Sehingga ketika melihat mereka mendapatkan hasil yang lebih banyak, kita mengira yang tidak-tidak. Saya percaya bahwa nilai diri kita tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan diri kita sendiri. Hanya kitalah yang bisa melakukannya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan nilai diri kita, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Berilah diri Anda sendiri nilai yang tinggi. Salah satu ciri orang yang bernilai tinggi adalah kualitas kerjanya yang juga tinggi. Sebaliknya, kualitas kerja yang rendah menunjukkan jika kualitas diri seseorang yang melakukannya juga rendah. Kita sering menganggap orang lain menilai atau memberi imbalan kepada kita terlalu rendah. Padahal, tinggi rendahnya imbalan yang kita terima berbanding lurus dengan nilai diri kita sendiri. Dengan mengurangi kualitas kerja, sama artinya kita mengurangi nilai diri kita sendiri. Makanya, wajar jika imbalan yang kita terima juga rendah. Mari mulai bersikap sebaliknya; tinggikan nilai diri Anda sendiri dengan cara memastikan bahwa semua hasil kerja kita berkualitas tinggi. Dengan cara itu, orang lain pun akan cepat atau lambat menyadari betapa tingginya nilai diri kita. Memberi nilai diri yang tinggi bukan dengan cara mengklaim ‘gue pantas dibayar lebih tinggi’, melainkan dengan menunjukkan bahwa kita memang bisa melakukan segala sesuatu yang berkualitas tinggi. Tegasnya, lakukan pekerjaan Anda sampai dibatas maksimal kapasitas diri Anda. Maka Anda akan berhasil memberi nilai tertinggi kepada diri sendiri.
2. Sikapilah perlakuan yang kita dapatkan secara positif. Masalah terbesar orang-orang yang merasa kurang dihargai adalah; menyikapi secara negatif setiap perlakuan yang diterimanya. Jika orang lain merendahkannya, dia membenci orang itu lalu menjauhinya bahkan memusuhinya. Dampaknya? Orang lain semakin bersemangat untuk merendahkannya. Jika perusahaan dianggap tidak fair, maka dia menyikapinya dengan cara menurunkan kinerjanya. Walhasil, semakin terbuktilah jika dia memang berkualitas alakadarnya. Jika kita keberatan dinilai rendah oleh orang lain, maka cara terbaik untuk mengatasinya adalah; membuktikan bahwa mereka keliru. Dan kita, hanya bisa melakukan itu jika menyikapi perlakuan dari orang lain, lingkungan atau perusahaan secara positif. Semakin buruk perlakukan orang lain, semakin positif kita, dan semakin terdorong untuk menunjukkan bahwa mereka keliru. Artinya? Kita semakin tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilai yang tinggi.
3. Pancarkanlah energy positif ke sekitar kita. Nilai seseorang juga sangat ditentukan oleh energy yang dipancarkannya kepada lingkungan. Wajah yang muram, pakaian yang acak-acakan adalah contoh perilaku yang memancarkan energy negatif yang lazim kita temukan di tempat kerja. Sebaliknya, wajah ramah, bersahabat, mudah bekerjasama, pengertian, serta berpakaian rapi adalah contoh perilaku yang memancarkan energy positif. Pertanyaannya; apakah Anda lebih banyak memancarkan energy negatif atau positif? Maka mulai sekarang, tinggalkan perilaku kerja yang memancarkan energy negatif, dan gantilah dengan tindakan dan gerak-gerik yang bisa memancarkan energy positif sehingga lingkungan Anda pun akan merespon dengan lebih positif. Dengan demikian, maka nilai Anda dimata mereka pun akan menanjak naik.
4. Terapkanlah standard pribadi yang tinggi. Kebanyakan orang sekedar mengikuti standar yang diterapkan oleh lingkungannya. Hanya sedikit yang menerapkan standard pribadi yang melampaui tuntutan lingkungannya. Apakah ini masalah? Menurut saya iya. Kalau kita hanya berusaha untuk mencapai standar umum yang ditentukan oleh lingkungan, maka ‘maksimal’ kita hanya bisa mencapai standar itu. Besar kemungkinannya kita tidak berhasil mencapai standard itu sehingga nilai kita menjadi lebih rendah dari kebanyakan orang. Kalaupun kita berhasil mencapai standard itu, tidak ada jaminan jika nilai kita akan semakin tinggi. Mengapa? Karena orang lainpun sudah setinggi itu nilainya. Tetapi jika kita menerapkan standar yang lebih tinggi untuk diri kita sendiri, maka kita mempunyai peluang untuk memiliki nilai yang melampaui nilai kebanyakan orang. Kalau nilai kita sudah terbukti lebih tinggi dari orang lain? Masak sih masih dinilai rendah oleh lingkungan? Maka jika Anda ingin dinilai tinggi, terapkanlah standard pribadi yang tinggi.
5. Milikilah nilai pribadi yang sesungguhnya. Jika ada barang KW1, KW2, KW3 dan seterusnya, maka nilai manusia juga kira-kira sama. Ketika orang lain menilai kita baik padahal sebenarnya kita tidak sebaik yang mereka kira, maka nilai kita itu cuma KW bla bla bla belaka. Percayalah. Tak seorang pun mengetahui siapa sesungguhnya orang yang dipuja dan dipujinya. Jika Anda mengira saya orang baik, maka sesungguhnya Anda tidak mengenal siapa sebenarnya saya. Anda tidak benar-benar tahu orang lain. Begitu pula mereka yang juga tidak tahu siapa sebenarnya Anda. Faktanya, manusia hanya mengetahui sedikit sekali. Maka nilai kita dimata orang lain itu sfatnya nisbi. Lain halnya dengan penlaian Tuhan. Karena Dia tahu segala sesuatu tentang kita, maka Dia tentu tahu siapa sesungguhnya kita. Dan Dia tahu nilai diri kita yang sebenarnya. Selain sering bias, penilaian sesama manusia juga sifatnya hanya sementara. Padahal kita percaya pada alam abadi tempat kita pulang nanti. Maka jika kita ingin menjadi orang-orang yang benar-benar bernilai tinggi, jadikanlah penilaian Tuhan sebagai acuan. Jika kita baik dihadapan seseorang, belum tentu baik juga dimata orang lain. Apalagi diharibaan Tuhan. Tapi jika kita baik dimata Tuhan. Sudah pasti baik juga dihadapan manusia. Itulah cermin nilai pribadi kita yang sesungguhnya.
Guru kehidupan saya mengatakan bahwa nilai kita tidak ditentukan oleh pakaian yang kita kenakan. Tidak pula dengan jabatan yang kita sandang. Faktor penentu nilai kita itu adalah ketakwaan kita. Artinya, kepatuhan kita pada nilai-nilai ketuhanan. Siapa saja yang mengikuti nilai ketuhanan, tidak akan berani melakukan kecurangan, apalagi berbuat nista. Bahkan, dalam kitab suci Tuhan sudah mengatakan jika manusia itu adalah sebaik-baik penciptaan. Sedangkan perbuatan nista, menjadikan derajat kita lebih rendah daripada binatang. Bukankah kita mahluk yang lebih mulia dari binatang? Oleh sebab itu, mari kita jaga nilai diri kita untuk tetap tinggi. Supaya jangan sampai lebih rendah dari orang lain. Apalagi jika sampai lebih rendah daripada binatang.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 13 Oktober 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Jika kita ingin mendapatkan penilaian yang tinggi, maka kita harus terus berfokus kepada perilaku yang juga bernilai tinggi.
Kita percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan hasil dari setiap usaha yang dilakukannya. Mereka yang kerjanya banyak, hasilnya mestinya ya juga banyak. Masalahnya, kadang hasil yang kita dapatkan tidak selalu sejalan dengan kerja keras yang sudah kita lakukan. Setidak-tidaknya, itulah yang sering dikeluhkan oleh begitu banyak karyawan. Ada orang yang kerjanya santai namun gajinya sama dengan kita. Ada orang yang kinerjanya biasa saja, tapi kok dia yang mendapatkan ’penghargaan’ lebih banyak dari kita. Makanya, banyak orang yang kemudian memilih untuk berkarya alakadarnya saja. Dalam pengamatan saya, anggapan itu tidak selalu benar. Yang sering benar adalah; kita tidak tahu ’apa yang ditanam’ oleh orang lain yang kita kira ’bekerja lebih sedikit’ itu. Sehingga ketika melihat mereka mendapatkan hasil yang lebih banyak, kita mengira yang tidak-tidak. Saya percaya bahwa nilai diri kita tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan diri kita sendiri. Hanya kitalah yang bisa melakukannya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan nilai diri kita, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Berilah diri Anda sendiri nilai yang tinggi. Salah satu ciri orang yang bernilai tinggi adalah kualitas kerjanya yang juga tinggi. Sebaliknya, kualitas kerja yang rendah menunjukkan jika kualitas diri seseorang yang melakukannya juga rendah. Kita sering menganggap orang lain menilai atau memberi imbalan kepada kita terlalu rendah. Padahal, tinggi rendahnya imbalan yang kita terima berbanding lurus dengan nilai diri kita sendiri. Dengan mengurangi kualitas kerja, sama artinya kita mengurangi nilai diri kita sendiri. Makanya, wajar jika imbalan yang kita terima juga rendah. Mari mulai bersikap sebaliknya; tinggikan nilai diri Anda sendiri dengan cara memastikan bahwa semua hasil kerja kita berkualitas tinggi. Dengan cara itu, orang lain pun akan cepat atau lambat menyadari betapa tingginya nilai diri kita. Memberi nilai diri yang tinggi bukan dengan cara mengklaim ‘gue pantas dibayar lebih tinggi’, melainkan dengan menunjukkan bahwa kita memang bisa melakukan segala sesuatu yang berkualitas tinggi. Tegasnya, lakukan pekerjaan Anda sampai dibatas maksimal kapasitas diri Anda. Maka Anda akan berhasil memberi nilai tertinggi kepada diri sendiri.
2. Sikapilah perlakuan yang kita dapatkan secara positif. Masalah terbesar orang-orang yang merasa kurang dihargai adalah; menyikapi secara negatif setiap perlakuan yang diterimanya. Jika orang lain merendahkannya, dia membenci orang itu lalu menjauhinya bahkan memusuhinya. Dampaknya? Orang lain semakin bersemangat untuk merendahkannya. Jika perusahaan dianggap tidak fair, maka dia menyikapinya dengan cara menurunkan kinerjanya. Walhasil, semakin terbuktilah jika dia memang berkualitas alakadarnya. Jika kita keberatan dinilai rendah oleh orang lain, maka cara terbaik untuk mengatasinya adalah; membuktikan bahwa mereka keliru. Dan kita, hanya bisa melakukan itu jika menyikapi perlakuan dari orang lain, lingkungan atau perusahaan secara positif. Semakin buruk perlakukan orang lain, semakin positif kita, dan semakin terdorong untuk menunjukkan bahwa mereka keliru. Artinya? Kita semakin tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilai yang tinggi.
3. Pancarkanlah energy positif ke sekitar kita. Nilai seseorang juga sangat ditentukan oleh energy yang dipancarkannya kepada lingkungan. Wajah yang muram, pakaian yang acak-acakan adalah contoh perilaku yang memancarkan energy negatif yang lazim kita temukan di tempat kerja. Sebaliknya, wajah ramah, bersahabat, mudah bekerjasama, pengertian, serta berpakaian rapi adalah contoh perilaku yang memancarkan energy positif. Pertanyaannya; apakah Anda lebih banyak memancarkan energy negatif atau positif? Maka mulai sekarang, tinggalkan perilaku kerja yang memancarkan energy negatif, dan gantilah dengan tindakan dan gerak-gerik yang bisa memancarkan energy positif sehingga lingkungan Anda pun akan merespon dengan lebih positif. Dengan demikian, maka nilai Anda dimata mereka pun akan menanjak naik.
4. Terapkanlah standard pribadi yang tinggi. Kebanyakan orang sekedar mengikuti standar yang diterapkan oleh lingkungannya. Hanya sedikit yang menerapkan standard pribadi yang melampaui tuntutan lingkungannya. Apakah ini masalah? Menurut saya iya. Kalau kita hanya berusaha untuk mencapai standar umum yang ditentukan oleh lingkungan, maka ‘maksimal’ kita hanya bisa mencapai standar itu. Besar kemungkinannya kita tidak berhasil mencapai standard itu sehingga nilai kita menjadi lebih rendah dari kebanyakan orang. Kalaupun kita berhasil mencapai standard itu, tidak ada jaminan jika nilai kita akan semakin tinggi. Mengapa? Karena orang lainpun sudah setinggi itu nilainya. Tetapi jika kita menerapkan standar yang lebih tinggi untuk diri kita sendiri, maka kita mempunyai peluang untuk memiliki nilai yang melampaui nilai kebanyakan orang. Kalau nilai kita sudah terbukti lebih tinggi dari orang lain? Masak sih masih dinilai rendah oleh lingkungan? Maka jika Anda ingin dinilai tinggi, terapkanlah standard pribadi yang tinggi.
5. Milikilah nilai pribadi yang sesungguhnya. Jika ada barang KW1, KW2, KW3 dan seterusnya, maka nilai manusia juga kira-kira sama. Ketika orang lain menilai kita baik padahal sebenarnya kita tidak sebaik yang mereka kira, maka nilai kita itu cuma KW bla bla bla belaka. Percayalah. Tak seorang pun mengetahui siapa sesungguhnya orang yang dipuja dan dipujinya. Jika Anda mengira saya orang baik, maka sesungguhnya Anda tidak mengenal siapa sebenarnya saya. Anda tidak benar-benar tahu orang lain. Begitu pula mereka yang juga tidak tahu siapa sebenarnya Anda. Faktanya, manusia hanya mengetahui sedikit sekali. Maka nilai kita dimata orang lain itu sfatnya nisbi. Lain halnya dengan penlaian Tuhan. Karena Dia tahu segala sesuatu tentang kita, maka Dia tentu tahu siapa sesungguhnya kita. Dan Dia tahu nilai diri kita yang sebenarnya. Selain sering bias, penilaian sesama manusia juga sifatnya hanya sementara. Padahal kita percaya pada alam abadi tempat kita pulang nanti. Maka jika kita ingin menjadi orang-orang yang benar-benar bernilai tinggi, jadikanlah penilaian Tuhan sebagai acuan. Jika kita baik dihadapan seseorang, belum tentu baik juga dimata orang lain. Apalagi diharibaan Tuhan. Tapi jika kita baik dimata Tuhan. Sudah pasti baik juga dihadapan manusia. Itulah cermin nilai pribadi kita yang sesungguhnya.
Guru kehidupan saya mengatakan bahwa nilai kita tidak ditentukan oleh pakaian yang kita kenakan. Tidak pula dengan jabatan yang kita sandang. Faktor penentu nilai kita itu adalah ketakwaan kita. Artinya, kepatuhan kita pada nilai-nilai ketuhanan. Siapa saja yang mengikuti nilai ketuhanan, tidak akan berani melakukan kecurangan, apalagi berbuat nista. Bahkan, dalam kitab suci Tuhan sudah mengatakan jika manusia itu adalah sebaik-baik penciptaan. Sedangkan perbuatan nista, menjadikan derajat kita lebih rendah daripada binatang. Bukankah kita mahluk yang lebih mulia dari binatang? Oleh sebab itu, mari kita jaga nilai diri kita untuk tetap tinggi. Supaya jangan sampai lebih rendah dari orang lain. Apalagi jika sampai lebih rendah daripada binatang.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 13 Oktober 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Jika kita ingin mendapatkan penilaian yang tinggi, maka kita harus terus berfokus kepada perilaku yang juga bernilai tinggi.
No comments:
Post a Comment