Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Menghargai diri sendiri, kedengarannya agak egois ya? Tidak juga. Toh artinya tidak sama dengan narsis. Harga diri seseorang justru bisa meningkatkan nilai-nilai moral dan budaya umat manusia. Seseorang yang dikenal berperilaku buruk – misalnya – sering dinilai merendahkan martabat lingkungan tempat tinggalnya. Faktanya, komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mampu menjaga harga dirinya jauh lebih terhormat dari komunitas lain yang terdiri dari orang-orang yang tidak pandai menjaganya. Makanya, orang yang dinilai tidak punya harga diri sering disisihkan dari lingkungan yang baik. Jadi menghargai diri sendiri itu bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada juga. Sekalipun demikian, harga diri seseorang tidak mungkin terbentuk jika dia sendiri tidak menghargainya. Maka setiap orang perlu belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
Harga diri seseorang bukanlah barang komoditas yang nilainya ditentukan oleh kesepakatan transaksi antara penjual dan pembeli. Nilai sebuah harga diri semakin tinggi bukan karena dia tidak mau menjualnya. Jika turun sampai ke tingkat serendah-rendahnya pun bukan karena dia mau menjualnya. Nilai sebuah harga diri tergantung kepada bagaimana orang itu memberi nilai kepada hidupnya sendiri. Makanya hukum supply & demand tidak berlaku disini. Hukum itu sangat dipengaruhi oleh kuantitas. Maka meski kualitasnya buruk, kalau supplynya tidak bisa memenuhi demand, pasti harganya jadi tinggi. Sedangkan manusia itu unik, dan hanya satu-satunya sehingga harga diri tidak mengenal kuantitas. Dia hanya memiliki satu dimensi, yaitu kualitas. Kualitas diri seseoranglah yang paling menentukan harga dirinya. Jika orang itu berkualitas baik, maka harga dirinya juga baik. Jika perilakunya buruk, maka harga dirinya pasti jatuh terpuruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan harga diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
1. Menerima diri apa adanya. Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. Banyak orang yang tidak mengimbangi keutuhan fisiknya dengan keteguhan, dan daya juang. Sehingga meskipun tubuhnya lengkap, tetapi mentalnya lembek. Padahal, kita melihat banyak teladan yang ditunjukkan oleh mereka yang anggota badannya tidak selengkap kita. Dalam segala keterbatasan fisiknya, mereka terus berkarya dan memberi makna. Banyak juga contoh orang yang terjerumus kepada hal-hal nista justru karena dikaruniai ketampanan atau kecantikan yang mempesona. Padahal dengan kenistaan itu, nilai kemanusiaannya dicemari ciri hewani. Sedangkan seseorang yang lahir dengan keterbatasan fisik justru terjaga kesucian dirinya. Jelas sekali jika kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya. Maka pantas jika kita menerima saja diri kita apa adanya, lalu menghiasinya dengan semangat, perilaku, dan akhlak yang baik.
2. Menghindari perilaku yang merusak diri. Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri, lho. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan. Tidak usah mengalami insiden dulu dong untuk menyadarinya. Jika dikantor bertindak selenge’an dan semaunya sendiri, itu juga berarti merusak diri sendiri. Jangan berharap karir Anda akan bagus jika berperilaku demikian. Sebaliknya, cara berkendara yang santun itu bukan hanya menunjukkan penghormatan kepada orang lain, melainkan wujud betapa kita menghargai diri sendiri. Begitu pula dengan perilaku baik di kantor. Bukan semata-mata takut kepada atasan, segan pada pelanggan atau enggan berurusan dengan teman. Itu semua Anda lakukan untuk menjaga diri Anda sendiri. Mengapa? Jika kulit Anda sampai lecet tergores aspal, Anda sendiri yang rugi. Masih untung jika cuma lecet, ya kan? Jika penilaian kerja Anda buruk karena perilaku yang tidak koperatif, kan Anda juga yang merasakan dampak negatifnya. Soal ini, tidak ada orang yang bisa menghindarinya selain diri Anda sendiri. Maka, penting bagi kita untuk selalu menghindari perilaku yang merusak diri.
3. Memupuk rasa malu. Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia. Coba saja, Anda pasti malu kan untuk jalan-jalan didepan umum tanpa busana? Normalnya, kita akan merasa malu jika perbuatan buruk kita diketahui oleh orang lain. Kita malu jika ketahuan berbohong. Kita malu jika kepergok mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Kita juga malu kalau diekspose oleh media karena tindakan-tindakan tidak pantas yang kita lakukan. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Malu jika harus melakukan keburukan, sehingga dia berusaha berperilaku baik. Malu jika cepat menyerah sehingga dia terdorong untuk menjadi pribadi tangguh. Malu jika harus membebani orang lain sehingga dia berusaha keras untuk lebih mandiri. Sedangkan kepada orang yang tidak tahu malu? Tak seorang pun menghargainya. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.
4. Menjaga nama baik. Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama Anda sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi Anda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Jika sudah tercemar, bukan saja Anda akan tersingkir, tetapi juga sangat sulit untuk membangunnya kembali. Sekarang, coba perhatikan; apa saja sih yang bisa merusak nama baik seseorang? Perilaku buruk, tindakan asusila, dan pelanggaran terhadap norma umum lainnya. Maka menjaga nama baik itu sebenarnya sederhana saja. Cukup dengan berperilaku baik saja, pasti kita bisa menjaga nama baik. Bagaimana dengan perbuatan asusila? Setiap orang yang ‘ketahuan’ telah melakukannya pasti kehilangan nama baiknya. Maka, sebaiknya hindari hal itu. Jika sudah pernah kejadian? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulanginya, bukan? Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, kantor, dan orang-orang terdekat kita.
5. Menjaga perilaku tetap baik. Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup. Mengapa? Karena amal baik tidak pernah rusak atau musnah. Semuanya akan tetap menjadi milik kita di dunia maupun di akhirat. Dengan perilaku baik, kita disukai oleh orang-orang yang merasakan manfaat dari amalan kita. Maka hidup kita didunia menjadi lebih bernilai. Dengan perilaku baik itu, kita juga disayang oleh Tuhan. Bayangkan jika Anda bisa mendapatkan penghargaan dari sesama manusia sekaligus kasih sayang dari Tuhan. Bukankah ini yang menjadikan hidup Anda sempurna? Aneh juga jika kita mengharapkan kebaikan didunia dan diakhirat sambil terus berbuat nista. Mungkin kita merasa aman karena tak seorang pun tahu perbuatan kita, sehingga mereka tetap menaruh hormat. Mungkin kita juga tenang-tenang saja karena uang kita bisa membeli pengampunan para penjual keadilan. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan dihadapan Tuhan yang tidak pernah lengah mengawasi dan tidak membutuhkan apapun dari Anda? Sungguh, perilaku yang baik itulah yang bisa mengantarkan kita kepada pengkabulan doa untuk bisa meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Semua orang dimuka bumi ini mempunyai satu sifat baik yang berlaku secara universal, yaitu; menghargai pribadi-pribadi yang baik. Maka jika Anda ingin dihargai oleh orang lain, Anda tidak perlu membelinya. Anda hanya perlu memastikan diri Anda sendiri sebagai orang yang baik. Jagalah harga diri Anda dengan perilaku baik. Bersikap baik. Bekerja dengan baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memperlakukan orang lain dengan cara yang baik. Maka harga diri Anda akan dengan sendirinya menanjak naik. Dengan cara itu, Anda bukan hanya menghargai diri sendiri. Tetapi telah menunjukkan kepada orang lain, bahwa Anda adalah seorang pribadi yang layak untuk dihargai.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 28 September 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (jadwal terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Cara terbaik untuk menjaga harga diri kita adalah dengan hanya melakukan tindakan-tindakan baik, dan menjauhi perbuatan buruk.
Menghargai diri sendiri, kedengarannya agak egois ya? Tidak juga. Toh artinya tidak sama dengan narsis. Harga diri seseorang justru bisa meningkatkan nilai-nilai moral dan budaya umat manusia. Seseorang yang dikenal berperilaku buruk – misalnya – sering dinilai merendahkan martabat lingkungan tempat tinggalnya. Faktanya, komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mampu menjaga harga dirinya jauh lebih terhormat dari komunitas lain yang terdiri dari orang-orang yang tidak pandai menjaganya. Makanya, orang yang dinilai tidak punya harga diri sering disisihkan dari lingkungan yang baik. Jadi menghargai diri sendiri itu bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada juga. Sekalipun demikian, harga diri seseorang tidak mungkin terbentuk jika dia sendiri tidak menghargainya. Maka setiap orang perlu belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
Harga diri seseorang bukanlah barang komoditas yang nilainya ditentukan oleh kesepakatan transaksi antara penjual dan pembeli. Nilai sebuah harga diri semakin tinggi bukan karena dia tidak mau menjualnya. Jika turun sampai ke tingkat serendah-rendahnya pun bukan karena dia mau menjualnya. Nilai sebuah harga diri tergantung kepada bagaimana orang itu memberi nilai kepada hidupnya sendiri. Makanya hukum supply & demand tidak berlaku disini. Hukum itu sangat dipengaruhi oleh kuantitas. Maka meski kualitasnya buruk, kalau supplynya tidak bisa memenuhi demand, pasti harganya jadi tinggi. Sedangkan manusia itu unik, dan hanya satu-satunya sehingga harga diri tidak mengenal kuantitas. Dia hanya memiliki satu dimensi, yaitu kualitas. Kualitas diri seseoranglah yang paling menentukan harga dirinya. Jika orang itu berkualitas baik, maka harga dirinya juga baik. Jika perilakunya buruk, maka harga dirinya pasti jatuh terpuruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan harga diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
1. Menerima diri apa adanya. Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. Banyak orang yang tidak mengimbangi keutuhan fisiknya dengan keteguhan, dan daya juang. Sehingga meskipun tubuhnya lengkap, tetapi mentalnya lembek. Padahal, kita melihat banyak teladan yang ditunjukkan oleh mereka yang anggota badannya tidak selengkap kita. Dalam segala keterbatasan fisiknya, mereka terus berkarya dan memberi makna. Banyak juga contoh orang yang terjerumus kepada hal-hal nista justru karena dikaruniai ketampanan atau kecantikan yang mempesona. Padahal dengan kenistaan itu, nilai kemanusiaannya dicemari ciri hewani. Sedangkan seseorang yang lahir dengan keterbatasan fisik justru terjaga kesucian dirinya. Jelas sekali jika kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya. Maka pantas jika kita menerima saja diri kita apa adanya, lalu menghiasinya dengan semangat, perilaku, dan akhlak yang baik.
2. Menghindari perilaku yang merusak diri. Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri, lho. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan. Tidak usah mengalami insiden dulu dong untuk menyadarinya. Jika dikantor bertindak selenge’an dan semaunya sendiri, itu juga berarti merusak diri sendiri. Jangan berharap karir Anda akan bagus jika berperilaku demikian. Sebaliknya, cara berkendara yang santun itu bukan hanya menunjukkan penghormatan kepada orang lain, melainkan wujud betapa kita menghargai diri sendiri. Begitu pula dengan perilaku baik di kantor. Bukan semata-mata takut kepada atasan, segan pada pelanggan atau enggan berurusan dengan teman. Itu semua Anda lakukan untuk menjaga diri Anda sendiri. Mengapa? Jika kulit Anda sampai lecet tergores aspal, Anda sendiri yang rugi. Masih untung jika cuma lecet, ya kan? Jika penilaian kerja Anda buruk karena perilaku yang tidak koperatif, kan Anda juga yang merasakan dampak negatifnya. Soal ini, tidak ada orang yang bisa menghindarinya selain diri Anda sendiri. Maka, penting bagi kita untuk selalu menghindari perilaku yang merusak diri.
3. Memupuk rasa malu. Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia. Coba saja, Anda pasti malu kan untuk jalan-jalan didepan umum tanpa busana? Normalnya, kita akan merasa malu jika perbuatan buruk kita diketahui oleh orang lain. Kita malu jika ketahuan berbohong. Kita malu jika kepergok mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Kita juga malu kalau diekspose oleh media karena tindakan-tindakan tidak pantas yang kita lakukan. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Malu jika harus melakukan keburukan, sehingga dia berusaha berperilaku baik. Malu jika cepat menyerah sehingga dia terdorong untuk menjadi pribadi tangguh. Malu jika harus membebani orang lain sehingga dia berusaha keras untuk lebih mandiri. Sedangkan kepada orang yang tidak tahu malu? Tak seorang pun menghargainya. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.
4. Menjaga nama baik. Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama Anda sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi Anda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Jika sudah tercemar, bukan saja Anda akan tersingkir, tetapi juga sangat sulit untuk membangunnya kembali. Sekarang, coba perhatikan; apa saja sih yang bisa merusak nama baik seseorang? Perilaku buruk, tindakan asusila, dan pelanggaran terhadap norma umum lainnya. Maka menjaga nama baik itu sebenarnya sederhana saja. Cukup dengan berperilaku baik saja, pasti kita bisa menjaga nama baik. Bagaimana dengan perbuatan asusila? Setiap orang yang ‘ketahuan’ telah melakukannya pasti kehilangan nama baiknya. Maka, sebaiknya hindari hal itu. Jika sudah pernah kejadian? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulanginya, bukan? Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, kantor, dan orang-orang terdekat kita.
5. Menjaga perilaku tetap baik. Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup. Mengapa? Karena amal baik tidak pernah rusak atau musnah. Semuanya akan tetap menjadi milik kita di dunia maupun di akhirat. Dengan perilaku baik, kita disukai oleh orang-orang yang merasakan manfaat dari amalan kita. Maka hidup kita didunia menjadi lebih bernilai. Dengan perilaku baik itu, kita juga disayang oleh Tuhan. Bayangkan jika Anda bisa mendapatkan penghargaan dari sesama manusia sekaligus kasih sayang dari Tuhan. Bukankah ini yang menjadikan hidup Anda sempurna? Aneh juga jika kita mengharapkan kebaikan didunia dan diakhirat sambil terus berbuat nista. Mungkin kita merasa aman karena tak seorang pun tahu perbuatan kita, sehingga mereka tetap menaruh hormat. Mungkin kita juga tenang-tenang saja karena uang kita bisa membeli pengampunan para penjual keadilan. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan dihadapan Tuhan yang tidak pernah lengah mengawasi dan tidak membutuhkan apapun dari Anda? Sungguh, perilaku yang baik itulah yang bisa mengantarkan kita kepada pengkabulan doa untuk bisa meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Semua orang dimuka bumi ini mempunyai satu sifat baik yang berlaku secara universal, yaitu; menghargai pribadi-pribadi yang baik. Maka jika Anda ingin dihargai oleh orang lain, Anda tidak perlu membelinya. Anda hanya perlu memastikan diri Anda sendiri sebagai orang yang baik. Jagalah harga diri Anda dengan perilaku baik. Bersikap baik. Bekerja dengan baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memperlakukan orang lain dengan cara yang baik. Maka harga diri Anda akan dengan sendirinya menanjak naik. Dengan cara itu, Anda bukan hanya menghargai diri sendiri. Tetapi telah menunjukkan kepada orang lain, bahwa Anda adalah seorang pribadi yang layak untuk dihargai.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 28 September 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (jadwal terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Cara terbaik untuk menjaga harga diri kita adalah dengan hanya melakukan tindakan-tindakan baik, dan menjauhi perbuatan buruk.
No comments:
Post a Comment