Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Kekuatan. Itu adalah kata yang memiliki beribu makna. Kata itu juga yang menjadi kejaran dan dambaan setiap orang baik dalam konteks pribadi, kelompok, berbangsa, bahkan sejumlah bangsa-bangsa yang berserikat. Tanpa kekuatan, tidak ada kemampuan. Tanpa kemampuan, tidak ada yang bisa kita lakukan. Tanpa sesuatu yang bisa kita lakukan, maka kita tidak ubahnya seperti jenazah. Mengapa? Karena kehidupan kita tercermin dari kekuatan yang kita miliki. ‘Power-off’. Begitulah kita menyebut semua hal yang tidak lagi memiliki kekuatan yang cukup untuk menjalani hidup. Persoalan kita sekarang bukanlah sudah ‘off’-nya power itu, karena saat ini pun kan kita masih hidup. Tetapi, bagaimana memiliki kekuatan yang tidak pernah meredup. Dengan kata lain, kekuatan yang mengakar didalam diri kita.
Dihalaman rumah kami terdapat cukup banyak tanaman. Selama bertahun-tahun semua tanaman memberi kami inspirasi melalui beragam isyaratnya lewat akar. Mengajari kami tentang makna kekuatan yang mengakar. Saya tidak pernah henti mengagumi kekuatan mereka. Seolah tiada henti-hentinya menyemangati kami. Tanpa disadari, selain sosoknya yang memperindah halaman kami, tanaman-tanaman itu juga memberi kekuatan kepada saya untuk menjalani hidup yang tidak selamanya mudah. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mendalami kekuatan yang diajarkan sang akar, saya ajak memulainya dengan mahami 5 prinsip Natural Intellligence sebagai berikut:
1. Kekuatan akar prasyarat kehidupan. Adenium terbesar di rumah kami tingginya sudah sekitar 1,5 meter. Butuh waktu belasan tahun untuk tumbuh hingga sebesar itu. Saat itu, kami melihat daunnya banyak yang menguning, lalu berguguran. Kami ‘nyaris’ panik karena tidak menemukan cara untuk menyembuhkannya. Benar saja, tak lama kemudian dia pun mati. Pura-pura jadi dokter ahli forensik saya melakukan otopsi, hingga akhirnya menemukan bahwa penyebab kematiannya adalah; seluruh akarnya membusuk. Oh, saya tertegun. Begitulah rupanya kekuatan akar. Tanpa akar kita tidak memiliki hidup. Bagi kita, akar adalah motivasi untuk terus hidup. Bukan sekedar hidup, tetapi dalam ‘hidup yang penuh makna’. Tanpa motivasi itu, kita akan biarkan saja hidup kita terombang-ambing tanpa arah. Akar juga adalah dorongan untuk berprestasi. Tanpa dorongan itu, kita sekedar melakukan alakadarnya saja. Akar adalah kemauan untuk tampil menjadi yang terbaik. Tanpa kemauan itu, kita hanya pasrah saja pada apapun yang kita dapatkan. Lantas, apa bedanya kita dengan zombie? Hanya dengan kekuatan yang mengakar itu saja kita bisa menjadi pribadi yang penuh gairah, kompetitif, dan motivasi tinggi.
2. Kekuatan akar menopang pertumbuhan. Saya tidak tahu namanya tanaman apa. Tetapi, dia tumbuh merambat seperti sedang memanjat dinding tembok. Daunnya berbentuk hati. Di habitat aslinya dia membelit pohon raksasa lalu naik hingga ke puncak tertinggi untuk meraih cahaya matahari. Dihalaman belakang rumah kami ada tanaman serupa itu. Hebat, tananam berbatang lunak kok bisa tumbuh setinggi itu. Tapi itu bukan keajaiban diluar nalar. Karena dia merambat dengan melekatkan akarnya. Dengan akar itu kemudian dia merambat naik. Persis seperti karir kita. Harus ada kekuatan yang mengakar agar kita bisa merambat menaiki tangga karir kita. Akualnya, harus ada kemampuan yang layak dijadikan pegangan untuk menanjak naik. Jika kita tidak memiliki kemampuan itu, memaksa naik juga akan kembali terpuruk cepat atau lambat. Setiap kali tumbuh memanjang, tanaman itu mengeluarkan akar yang baru dipucuknya, lalu menempel lagi di pohon inangnya. Setiap kali kita menanjak naik, kita perlu menguasai kemampuan dan keterampilan baru yang akan menjadi akar baru untuk naik lebih tinggi lagi. Dengan begitu maka bertambah besarlah kapasitas diri kita. Sehingga bertambah besar jugalah peluang kita untuk naik ke level yang lebih tinggi. Mengapa? Karena seperti akar rambat yang menunjang pertumbuhan tanaman itu, kapasitas diri kita yang terus diasah akan menjadi kekauatan yang menopang pertumbuhan karir kita.
3. Kekuatan akar menumbuhkan tunas baru. Salah satu tanaman hias yang dirawat istri saya adalah sisik naga. Batangnya tidak bertulang, dan daunnya kecil-kecil berbentuk seperti sisik. Dalam pertumbuhannya yang sehat dia berbatang gemuk memenuhi pot dengan semua daun tebal dan mengkilap. Ketika kami cukup lama pergi, pohon itu tidak dirawat dengan baik hingga akhirnya mati. Semua batang dan daunnya mengering lalu tercerabut dari akarnya. Karena masih bagus, kami tidak membongkar tanah dan pupuk dalam pot itu, melainkan langsung menanaminya dengan biji-bijian. Tidak disangka, beberapa minggu kemudian muncul tunas sisik naga lagi, seolah dia bangkit dari kuburnya. Dalam hidup, kadang kita memasuki periode yang sedemikian sulitnya. Bisnis kita bangkrut. Usaha kita gagal. Karir kita tidak kunjung berkembang. Semua yang kita lakukan tidak memberikan hasil. Gemetar sekujur tubuh kita bahkan untuk sekedar membayangkan bulan depan akan makan apa? Teriris hati kita memikirkan semua kengerian yang menghantui. Kadang, kita sampai sedemikian terpuruknya sehingga kita seolah ‘menghilang’ dari permukaan bumi. Saya. Benar-benar mengalami masa-masa seperti itu. Namun Tuhan tak pernah henti menyemangati. Lewat sisik naga itu Dia mengajarkan bahwa selama akarmu masih hidup, akan selalu ada tunas yang bisa tumbuh kembali.
4. Kekuatan akar membutuhkan tempat yang besar. Ada sejenis tanaman dari bangsa talas-talasan yang kami miliki. Ini bukan talas air, sehingga dapat bertahan hidup didarat. Tingginya sudah lebih dari satu meter. Bonggolnya yang sangat besar dengan akar-akaranya yang hampir seukuran jari kelingking. Kemarin sore, kami mendapatinya sudah tumbang. Kami menegakkannya kembali, namun dia tumbang lagi. Rupanya, pot super besar itu sudah tidak lagi bisa menahan bobotnya. Kami sadar, jika pohon itu membutuhkan tempat yang lebih besar. Maka kami memutuskan untuk menanamnya langsung di tanah. Ketika kita sudah memiliki kekuatan yang sangat besar. Kemampuan yang sangat tinggi. Keterampilan yang sangat mumpuni. Kita tidak berselera lagi untuk bermain dilahan yang kecil. Maka dengan logika terbalik, kita menjadi tahu bahwa jika ingin menjadi pribadi yang besar; kita harus memiliki akar yang kuat dan besar. Di kantor, banyak orang yang lebih suka memainkan ‘peran’ kecil, padahal kapasitas dirinya besar. Kasihan jiwanya yang besar akhirnya harus mengerut jadi kerdil karena tidak diberi tempat yang cukup besar untuk berkembang secara leluasa. Orang seperti itu, laksana talas dengan pot kekecilan dihalaman rumah kami; dia akan tumbang. Maka carilah peran yang besar, karena itulah yang paling cocok untuk melatih kapasitas diri Anda yang besar. Jika perlu, carilah mentor yang tepat untuk mambantu Anda.
5. Akar terkuat adalah iman. Kaum muslim menahan lapar dan dahaga, sambil mengendalikan nafsu satu bulan penuh selama Ramadhan. Bagaimana mereka bisa sekuat itu? Iman. Setiap orang baik gigih melakukan kebaikan-kebaikan meski dicemooh orang orang lain. Mengapa? Iman. Mengapa ada orang yang terus berusaha agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak patut? Iman. Mengapa pula seseorang tidak tergoda ikut-ikutan menggerogoti keuangan perusahaan, meski sudah menjadi budaya ditempat kerjanya? Iman. Mengapa ada orang yang tidak ikut bekerja malas-malasan meski mereka yang malas digaji sama dengan yang rajin? Iman. Mengapa seseorang bekerja bersungguh-sungguh meskipun atasannya tidak selamanya mengawasi dirinya? Iman. Mengapa begitu banyak orang yang percaya meski tidak melihat? Iman. Adakah yang lebih kuat dan lebih besar pengaruhnya kepada kehidupan seorang manusia selain iman? Tidak ada. Hanya iman yang bisa menjadikan kita pribadi yang memiliki kekuatan yang mengakar. Karena iman adalah akar terkuat dan terbesar. Baik dalam kehidupan spiritual kita. Maupun dalam kehidupan kerja kita.
Kita sering keliru mengira bahwa keimanan tidak ada kaitannya dengan hal-hal diluar ruang peribadatan. Padahal, iman adalah akar yang menguatkan seluruh sendiri kekuatan dalam hidup kita. Cobalah buang jauh-jauh iman Anda, maka hidup Anda akan gamang. Mungkin Anda akan mempertanyakan benarkan ada itu yang namanya Tuhan? Tapi, logika dan nurani Anda mengatakan; jika bukan Tuhan, siapa yang menjaga seluruh bintang dan benda langit beredar hingga sedemikian harmonisnya. Jika bukan Tuhan, siapa yang menjaga jantung kita tetap berdegup? Tanpa iman, mungkin Anda menghasilkan banyak uang. Tetapi, Anda akan terus didera untuk mempertanyakan; untuk apa semua ini, jika setelah mati hanya akan menjadi tanah? Tidak. Kita tidak sama dengan semua tanaman yang sudah mati di halaman rumah kami. Mereka mati membusuk dan menyatu dengan tanah. Kita? Setelah mati, ada jiwa yang terbang ke langit tinggi. Lalu menghadap sang pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua keburukan yang kita lakukan. Atau, menerima hadiah atas setiap kebaikan yang sudah kita amalkan. Itulah harta karun yang tersimpan dalam iman.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman - 25 Agustus 2011
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”
2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011
http://www.dadangkadarusman.com
Catatan Kaki:
Tanpa iman, seorang manusia hanya bisa hidup seperti tanaman yang tidak memiliki akar. Dia tidak memiliki kekuatan untuk hidup, kemudian tumbang.
Kekuatan. Itu adalah kata yang memiliki beribu makna. Kata itu juga yang menjadi kejaran dan dambaan setiap orang baik dalam konteks pribadi, kelompok, berbangsa, bahkan sejumlah bangsa-bangsa yang berserikat. Tanpa kekuatan, tidak ada kemampuan. Tanpa kemampuan, tidak ada yang bisa kita lakukan. Tanpa sesuatu yang bisa kita lakukan, maka kita tidak ubahnya seperti jenazah. Mengapa? Karena kehidupan kita tercermin dari kekuatan yang kita miliki. ‘Power-off’. Begitulah kita menyebut semua hal yang tidak lagi memiliki kekuatan yang cukup untuk menjalani hidup. Persoalan kita sekarang bukanlah sudah ‘off’-nya power itu, karena saat ini pun kan kita masih hidup. Tetapi, bagaimana memiliki kekuatan yang tidak pernah meredup. Dengan kata lain, kekuatan yang mengakar didalam diri kita.
Dihalaman rumah kami terdapat cukup banyak tanaman. Selama bertahun-tahun semua tanaman memberi kami inspirasi melalui beragam isyaratnya lewat akar. Mengajari kami tentang makna kekuatan yang mengakar. Saya tidak pernah henti mengagumi kekuatan mereka. Seolah tiada henti-hentinya menyemangati kami. Tanpa disadari, selain sosoknya yang memperindah halaman kami, tanaman-tanaman itu juga memberi kekuatan kepada saya untuk menjalani hidup yang tidak selamanya mudah. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mendalami kekuatan yang diajarkan sang akar, saya ajak memulainya dengan mahami 5 prinsip Natural Intellligence sebagai berikut:
1. Kekuatan akar prasyarat kehidupan. Adenium terbesar di rumah kami tingginya sudah sekitar 1,5 meter. Butuh waktu belasan tahun untuk tumbuh hingga sebesar itu. Saat itu, kami melihat daunnya banyak yang menguning, lalu berguguran. Kami ‘nyaris’ panik karena tidak menemukan cara untuk menyembuhkannya. Benar saja, tak lama kemudian dia pun mati. Pura-pura jadi dokter ahli forensik saya melakukan otopsi, hingga akhirnya menemukan bahwa penyebab kematiannya adalah; seluruh akarnya membusuk. Oh, saya tertegun. Begitulah rupanya kekuatan akar. Tanpa akar kita tidak memiliki hidup. Bagi kita, akar adalah motivasi untuk terus hidup. Bukan sekedar hidup, tetapi dalam ‘hidup yang penuh makna’. Tanpa motivasi itu, kita akan biarkan saja hidup kita terombang-ambing tanpa arah. Akar juga adalah dorongan untuk berprestasi. Tanpa dorongan itu, kita sekedar melakukan alakadarnya saja. Akar adalah kemauan untuk tampil menjadi yang terbaik. Tanpa kemauan itu, kita hanya pasrah saja pada apapun yang kita dapatkan. Lantas, apa bedanya kita dengan zombie? Hanya dengan kekuatan yang mengakar itu saja kita bisa menjadi pribadi yang penuh gairah, kompetitif, dan motivasi tinggi.
2. Kekuatan akar menopang pertumbuhan. Saya tidak tahu namanya tanaman apa. Tetapi, dia tumbuh merambat seperti sedang memanjat dinding tembok. Daunnya berbentuk hati. Di habitat aslinya dia membelit pohon raksasa lalu naik hingga ke puncak tertinggi untuk meraih cahaya matahari. Dihalaman belakang rumah kami ada tanaman serupa itu. Hebat, tananam berbatang lunak kok bisa tumbuh setinggi itu. Tapi itu bukan keajaiban diluar nalar. Karena dia merambat dengan melekatkan akarnya. Dengan akar itu kemudian dia merambat naik. Persis seperti karir kita. Harus ada kekuatan yang mengakar agar kita bisa merambat menaiki tangga karir kita. Akualnya, harus ada kemampuan yang layak dijadikan pegangan untuk menanjak naik. Jika kita tidak memiliki kemampuan itu, memaksa naik juga akan kembali terpuruk cepat atau lambat. Setiap kali tumbuh memanjang, tanaman itu mengeluarkan akar yang baru dipucuknya, lalu menempel lagi di pohon inangnya. Setiap kali kita menanjak naik, kita perlu menguasai kemampuan dan keterampilan baru yang akan menjadi akar baru untuk naik lebih tinggi lagi. Dengan begitu maka bertambah besarlah kapasitas diri kita. Sehingga bertambah besar jugalah peluang kita untuk naik ke level yang lebih tinggi. Mengapa? Karena seperti akar rambat yang menunjang pertumbuhan tanaman itu, kapasitas diri kita yang terus diasah akan menjadi kekauatan yang menopang pertumbuhan karir kita.
3. Kekuatan akar menumbuhkan tunas baru. Salah satu tanaman hias yang dirawat istri saya adalah sisik naga. Batangnya tidak bertulang, dan daunnya kecil-kecil berbentuk seperti sisik. Dalam pertumbuhannya yang sehat dia berbatang gemuk memenuhi pot dengan semua daun tebal dan mengkilap. Ketika kami cukup lama pergi, pohon itu tidak dirawat dengan baik hingga akhirnya mati. Semua batang dan daunnya mengering lalu tercerabut dari akarnya. Karena masih bagus, kami tidak membongkar tanah dan pupuk dalam pot itu, melainkan langsung menanaminya dengan biji-bijian. Tidak disangka, beberapa minggu kemudian muncul tunas sisik naga lagi, seolah dia bangkit dari kuburnya. Dalam hidup, kadang kita memasuki periode yang sedemikian sulitnya. Bisnis kita bangkrut. Usaha kita gagal. Karir kita tidak kunjung berkembang. Semua yang kita lakukan tidak memberikan hasil. Gemetar sekujur tubuh kita bahkan untuk sekedar membayangkan bulan depan akan makan apa? Teriris hati kita memikirkan semua kengerian yang menghantui. Kadang, kita sampai sedemikian terpuruknya sehingga kita seolah ‘menghilang’ dari permukaan bumi. Saya. Benar-benar mengalami masa-masa seperti itu. Namun Tuhan tak pernah henti menyemangati. Lewat sisik naga itu Dia mengajarkan bahwa selama akarmu masih hidup, akan selalu ada tunas yang bisa tumbuh kembali.
4. Kekuatan akar membutuhkan tempat yang besar. Ada sejenis tanaman dari bangsa talas-talasan yang kami miliki. Ini bukan talas air, sehingga dapat bertahan hidup didarat. Tingginya sudah lebih dari satu meter. Bonggolnya yang sangat besar dengan akar-akaranya yang hampir seukuran jari kelingking. Kemarin sore, kami mendapatinya sudah tumbang. Kami menegakkannya kembali, namun dia tumbang lagi. Rupanya, pot super besar itu sudah tidak lagi bisa menahan bobotnya. Kami sadar, jika pohon itu membutuhkan tempat yang lebih besar. Maka kami memutuskan untuk menanamnya langsung di tanah. Ketika kita sudah memiliki kekuatan yang sangat besar. Kemampuan yang sangat tinggi. Keterampilan yang sangat mumpuni. Kita tidak berselera lagi untuk bermain dilahan yang kecil. Maka dengan logika terbalik, kita menjadi tahu bahwa jika ingin menjadi pribadi yang besar; kita harus memiliki akar yang kuat dan besar. Di kantor, banyak orang yang lebih suka memainkan ‘peran’ kecil, padahal kapasitas dirinya besar. Kasihan jiwanya yang besar akhirnya harus mengerut jadi kerdil karena tidak diberi tempat yang cukup besar untuk berkembang secara leluasa. Orang seperti itu, laksana talas dengan pot kekecilan dihalaman rumah kami; dia akan tumbang. Maka carilah peran yang besar, karena itulah yang paling cocok untuk melatih kapasitas diri Anda yang besar. Jika perlu, carilah mentor yang tepat untuk mambantu Anda.
5. Akar terkuat adalah iman. Kaum muslim menahan lapar dan dahaga, sambil mengendalikan nafsu satu bulan penuh selama Ramadhan. Bagaimana mereka bisa sekuat itu? Iman. Setiap orang baik gigih melakukan kebaikan-kebaikan meski dicemooh orang orang lain. Mengapa? Iman. Mengapa ada orang yang terus berusaha agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak patut? Iman. Mengapa pula seseorang tidak tergoda ikut-ikutan menggerogoti keuangan perusahaan, meski sudah menjadi budaya ditempat kerjanya? Iman. Mengapa ada orang yang tidak ikut bekerja malas-malasan meski mereka yang malas digaji sama dengan yang rajin? Iman. Mengapa seseorang bekerja bersungguh-sungguh meskipun atasannya tidak selamanya mengawasi dirinya? Iman. Mengapa begitu banyak orang yang percaya meski tidak melihat? Iman. Adakah yang lebih kuat dan lebih besar pengaruhnya kepada kehidupan seorang manusia selain iman? Tidak ada. Hanya iman yang bisa menjadikan kita pribadi yang memiliki kekuatan yang mengakar. Karena iman adalah akar terkuat dan terbesar. Baik dalam kehidupan spiritual kita. Maupun dalam kehidupan kerja kita.
Kita sering keliru mengira bahwa keimanan tidak ada kaitannya dengan hal-hal diluar ruang peribadatan. Padahal, iman adalah akar yang menguatkan seluruh sendiri kekuatan dalam hidup kita. Cobalah buang jauh-jauh iman Anda, maka hidup Anda akan gamang. Mungkin Anda akan mempertanyakan benarkan ada itu yang namanya Tuhan? Tapi, logika dan nurani Anda mengatakan; jika bukan Tuhan, siapa yang menjaga seluruh bintang dan benda langit beredar hingga sedemikian harmonisnya. Jika bukan Tuhan, siapa yang menjaga jantung kita tetap berdegup? Tanpa iman, mungkin Anda menghasilkan banyak uang. Tetapi, Anda akan terus didera untuk mempertanyakan; untuk apa semua ini, jika setelah mati hanya akan menjadi tanah? Tidak. Kita tidak sama dengan semua tanaman yang sudah mati di halaman rumah kami. Mereka mati membusuk dan menyatu dengan tanah. Kita? Setelah mati, ada jiwa yang terbang ke langit tinggi. Lalu menghadap sang pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua keburukan yang kita lakukan. Atau, menerima hadiah atas setiap kebaikan yang sudah kita amalkan. Itulah harta karun yang tersimpan dalam iman.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman - 25 Agustus 2011
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”
2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011
http://www.dadangkadarusman.com
Catatan Kaki:
Tanpa iman, seorang manusia hanya bisa hidup seperti tanaman yang tidak memiliki akar. Dia tidak memiliki kekuatan untuk hidup, kemudian tumbang.
No comments:
Post a Comment