Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Ini adalah salah satu kalimat paling popular diantara kita;”Jika bisa di bikin sulit, mengapa dibuat mudah…?” Awalnya kita hanya menganggap itu sebagai sindiran. Lalu berubah menjadi guyonan. Kemudian berevolusi menjadi kebiasaan yang menggoda kita untuk melakukannya juga. Maka tidak heran jika semakin hari, semakin jarang kita temukan orang-orang yang melayani dengan semangat untuk memudahkan urusan orang lain. Cobalah ingat-ingat kembali, mana yang lebih banyak Anda rasakan; pelayanan yang memudahkan urusan Anda atau sebaliknya?
Istri saya memiliki pengalaman menarik. Suatu ketika dia menemani ibunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di tempat yang jauh. Dia sudah membawa ibu kami ke berbagai tempat, sehingga mempunyai referensi pelayanan dari pengalaman sebelumnya. Di tempat terakhir ini, dia mendapatkan pengalaman berbeda. Sebagai orang baru dia tidak mengenal budaya setempat. Bukan itu saja, beberapa kelengkapan administrasi tidak terbawa pula. Apa yang terjadi? Dia diminta untuk duduk di ruang tunggu, sedangkan ‘semua urusan’ ditangani oleh seseorang yang melayaninya di tempat itu. “Kenapa sih tempat kita sendiri aku tidak menemukan pelayanan seperti ini?” begitulah kalimat yang dilontarkannya. Jawabannya sederhana saja; kita tidak terbiasa untuk memudahkan urusan orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar memudahkan urusan orang lain, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
1. Mulailah dengan tujuan yang tepat dalam bekerja. Apa tujuan Anda bekerja?. Uang? Bagus. Namun berhati-hati dengan efek sampingnya. Misalnya, meminta imbalan yang tidak seharusnya Anda terima. Terimalah hanya uang yang memang sudah menjadi hak Anda. Uang sering menjadi ukuran ‘seberapa bersedianya kita memudahkan urusan orang lain”. Maka bekerja dengan tujuan uang, bisa menjadikan kita orang yang benar atau salah. Bagaimana kalau kita mengganti tujuan bekerja itu dari sekedar uang, menjadi ‘ibadah’? Dengan niat itu Anda sudah pasti mendapatkan uang yang menjadi hak Anda sepenuhnya. Tidak akan dikurangi. Dan dengan niat ibadah itu, kita bisa memposisikan diri untuk melayani. Maka bagi orang yang niatnya bekerja adalah ibadah, sangat mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Karena dalam ibadah, kinerja kita tercermin dari kemudahan yang dirasakan oleh orang-orang yang kita layani. Jika didalam hati kita masih ada bisikan untuk ‘melambat-lambatkan’ yang bisa cepat, mungkin niat bekerja kita belum tepat. Jika dalam bekerja kita ‘mengabaikan kepentingan orang lain’, mungkin niat kita masih salah. Jika kita hanya mau memudahkan urusan orang lain jika dan hanya jika mereka memberi ‘imbalan’ tambahan diluar hak kita; maka boleh jadi; tujuan kita dalam bekerja belum diubah menjadi ‘ibadah’.
2. Bangunlah reputasi yang baik untuk diri sendiri. Mari kita coba perhatikan semua orang atau semua departemen di kantor kita. Ada departemen yang mudah untuk diajak bekerja sama. Ada juga departemen yang semua orang juga tahu betapa sulitnya untuk bekerjasama dengan mereka. Kita juga bisa melihat hal itu di tingkat individu. Ada orang-orang yang kita semua kenal dia sebagai pribadi yang senang sekali menolong orang lain. Ada yang dikenal sebagai orang usil. Ada yang pemarah. Rajin. Malas. Dan ada pula orang-orang yang dikenal sebagai orang yang paling gemar menyusahkan orang lain. Kata ‘dikenal’ yang saya sebut berulang-ulang itu mengindikasikan reputasi. Sebab reputasi merujuk kepada “bagaimana kualitas pribadi seseorang ‘dikenal’ oleh orang lain”. Selalu bersedia memudahkan urusan orang lain adalah salah satu kualitas yang mutlak harus dimiliki oleh siapa pun yang ingin memiliki reputasi yang baik. Mengapa? Karena reputasi kita dinilai oleh orang lain, bukan kita sendiri yang mengklaimnya. Apakah Anda ingin memiliki reputasi pribadi yang baik? Jika ya, maka mulailah dengan membiasakan diri untuk memudahkan urusan orang lain.
3. Tetaplah menegakkan prosedur dan kedisiplinan. Kadang-kadang kita suka menjerumuskan diri kedalam sudut pandang negatif. “Kalau kita memudahkan urusan orang lain berarti kita melanggar prosedur,” kita bilang. Kita berpikir begitu, mungkin karena kita belum bisa keluar dari kebiasaan buruk untuk melanggar prosedur. Padahal, memudahkan urusan orang lain tidak selalu harus melanggar prosedur. Justru untuk memudahkan urusan orang lain, kita harus menegakkan prosedur; baik yang tertulis maupun yang sudah menjadi norma umum. Misalnya, first come, first serve. Yang pertama datang, itulah yang dilayani. Atau mengacu kepada KPI. Misalnya, dokumen di meja kita harus segera keluar paling lambat dalam 1 hari. Semua permintaan disposisi dari departemen lain harus sudah selesai selambat-lambat dalam 3 hari. Justru dengan mengikuti prosedur itu kita bisa memudahkan urusan orang lain, karena prosedur dibuat untuk memudahkan urusan semua orang. Jika ada orang yang menegur Anda karena menegakkan prosedur, Anda tidak akan pernah dipersalahkan.
4. Gunakan judgement profesional dan buatlah pengecualian. Prosedur di perusahaan tidak selalu bisa mengakomodasi situasi khusus. Orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan pihak luar tahu benar tentang hal ini. Sayangnya, seringkali tidak dimengerti oleh orang-orang supporting function. Makanya, orang yang berhubungan dengan pihak luar sering tergencet diantara kewajiban untuk melayani pihak luar dengan kengototan membabi buta orang dalam. Jika Anda yang orang dalam itu, maka saya ingin mengajak untuk belajar menggunakan judgment profesional Anda. Kita bukanlah robot yang bekerja sesuai dengan ‘setelan’ program. Kita adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk menilai dan mengambil keputusan. Perhatikanlah jika teman Anda didepartemen lain meminta pengecualian pada kondisi khusus. Janganlah bersembunyi dibalik kata ‘prosedur’. Justru kengototan kita bisa merusak reputasi perusahaan. “Maaf Bung, prosedurnya 14 hari kerja,” misalnya. Gunakan kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan Anda, maka Anda akan tahu bahwa; menyelesaikannya dengan lebih cepat menjaga reputasi perusahaan dimata pihak luar yang menjadi mitra bisnis atau pelanggan Anda. Lagipula, logika umum mengatakan bahwa dalam hal melayani berlaku hukum;”lebih cepat, lebih baik’. Maka gunakanlah judgment profesional Anda.
5. Balaslah keburukan dengan kebaikan. Ada juga orang yang menyulitkan orang lain karena mereka merasa kesal kepada orang itu. Misalnya, “orangnya jutek, ngapain saya mudahin!” Lho, yang jutek salah satu atau keduanya ya? Ada juga yang bilang;”Dia kebiasaannya mau cepat melulu, biar kita lambatin aja sekalian…” Ada lho orang yang berprinsip demikian. Mereka hanya memikirkan untuk ‘membalas’ orang yang tidak ‘cocok’ dengannya tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi orang-orang lain yang tidak kelihatan. Ketika kita membuat susah satu orang dikantor, mungkin efeknya terbawa ke rumah. Disana mungkin ada istri yang sedang hamil. Atau anaknya yang demam. Balita yang membutuhkan susu. Atau, mungkin ada anak yatim yang menantikan sesuatu. Kita tidak pernah tahu. Maka perlakuan buruk kita kepada orang yang tidak kita sukai itu telah salah sasaran. Dan kita jadi berdosa kepada mereka. “Tapi, saya tidak suka dengan cara orang itu menyuruh-nyuruh saya. Bos saya juga nggak gitu-gitu amat!” Apakah Anda pernah mendengar kalimat itu? Sounds familiar, ya. Hey, ingatlah bahwa kita hidup bukan untuk saling berbalas keburukan. Anda adalah orang baik. Maka janganlah ikut terseret untuk meninggalkan sikap dan perilaku baik. Bahkan jika orang lain melakukan keburukan kepada Anda. Balaslah keburukan mereka dengan kebaikan. Mengapa? Karena Anda adalah orang baik.
Memang tidak mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Khususnya memudahkan mereka yang menurut penilaian kita sering menyulitkan kita. Sulit juga untuk memudahkan urusan orang yang suka meminta kita cepat-cepat. Tetapi, bukankah nilai diri kita meningkat semakin tinggi justru ketika kita bisa membuat mudah urusan mereka? Jika hati Anda masih terganjal oleh kedongkolan atas perilaku mereka yang hendak Anda mudahkan urusannya itu, barangkali nasihat dari guru kehidupan saya bisa menjadi bahan renungan. Beliau mengatakan;”Siapa saja yang selama hidupnya gemar memudahkan urusan orang lain, Maka Allah akan memudahkan segala urusannya di dunia dan diakhirat.” Oh, siapakah gerangan yang bisa memudahkan urusan kita secara sempurna selain Dia Yang Maha Kuasa? Maukah Anda dimudahkan urusannya oleh Tuhan? Jika demikian, belajarlah untuk memudahkan urusan orang lain.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 9 Agustus 2011
Natural Intelligence Learning Facilitator
Website: http://www.dadangkadarusman.com
Buktikan "SEIKHLASNYA"; mulai 17 Agustus 2011
Catatan Kaki:
Keikhlasan seseorang dalam melayani tercermin dari usahanya untuk memudahkan urusan orang-orang yang dilayaninya.
Ini adalah salah satu kalimat paling popular diantara kita;”Jika bisa di bikin sulit, mengapa dibuat mudah…?” Awalnya kita hanya menganggap itu sebagai sindiran. Lalu berubah menjadi guyonan. Kemudian berevolusi menjadi kebiasaan yang menggoda kita untuk melakukannya juga. Maka tidak heran jika semakin hari, semakin jarang kita temukan orang-orang yang melayani dengan semangat untuk memudahkan urusan orang lain. Cobalah ingat-ingat kembali, mana yang lebih banyak Anda rasakan; pelayanan yang memudahkan urusan Anda atau sebaliknya?
Istri saya memiliki pengalaman menarik. Suatu ketika dia menemani ibunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di tempat yang jauh. Dia sudah membawa ibu kami ke berbagai tempat, sehingga mempunyai referensi pelayanan dari pengalaman sebelumnya. Di tempat terakhir ini, dia mendapatkan pengalaman berbeda. Sebagai orang baru dia tidak mengenal budaya setempat. Bukan itu saja, beberapa kelengkapan administrasi tidak terbawa pula. Apa yang terjadi? Dia diminta untuk duduk di ruang tunggu, sedangkan ‘semua urusan’ ditangani oleh seseorang yang melayaninya di tempat itu. “Kenapa sih tempat kita sendiri aku tidak menemukan pelayanan seperti ini?” begitulah kalimat yang dilontarkannya. Jawabannya sederhana saja; kita tidak terbiasa untuk memudahkan urusan orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar memudahkan urusan orang lain, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
1. Mulailah dengan tujuan yang tepat dalam bekerja. Apa tujuan Anda bekerja?. Uang? Bagus. Namun berhati-hati dengan efek sampingnya. Misalnya, meminta imbalan yang tidak seharusnya Anda terima. Terimalah hanya uang yang memang sudah menjadi hak Anda. Uang sering menjadi ukuran ‘seberapa bersedianya kita memudahkan urusan orang lain”. Maka bekerja dengan tujuan uang, bisa menjadikan kita orang yang benar atau salah. Bagaimana kalau kita mengganti tujuan bekerja itu dari sekedar uang, menjadi ‘ibadah’? Dengan niat itu Anda sudah pasti mendapatkan uang yang menjadi hak Anda sepenuhnya. Tidak akan dikurangi. Dan dengan niat ibadah itu, kita bisa memposisikan diri untuk melayani. Maka bagi orang yang niatnya bekerja adalah ibadah, sangat mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Karena dalam ibadah, kinerja kita tercermin dari kemudahan yang dirasakan oleh orang-orang yang kita layani. Jika didalam hati kita masih ada bisikan untuk ‘melambat-lambatkan’ yang bisa cepat, mungkin niat bekerja kita belum tepat. Jika dalam bekerja kita ‘mengabaikan kepentingan orang lain’, mungkin niat kita masih salah. Jika kita hanya mau memudahkan urusan orang lain jika dan hanya jika mereka memberi ‘imbalan’ tambahan diluar hak kita; maka boleh jadi; tujuan kita dalam bekerja belum diubah menjadi ‘ibadah’.
2. Bangunlah reputasi yang baik untuk diri sendiri. Mari kita coba perhatikan semua orang atau semua departemen di kantor kita. Ada departemen yang mudah untuk diajak bekerja sama. Ada juga departemen yang semua orang juga tahu betapa sulitnya untuk bekerjasama dengan mereka. Kita juga bisa melihat hal itu di tingkat individu. Ada orang-orang yang kita semua kenal dia sebagai pribadi yang senang sekali menolong orang lain. Ada yang dikenal sebagai orang usil. Ada yang pemarah. Rajin. Malas. Dan ada pula orang-orang yang dikenal sebagai orang yang paling gemar menyusahkan orang lain. Kata ‘dikenal’ yang saya sebut berulang-ulang itu mengindikasikan reputasi. Sebab reputasi merujuk kepada “bagaimana kualitas pribadi seseorang ‘dikenal’ oleh orang lain”. Selalu bersedia memudahkan urusan orang lain adalah salah satu kualitas yang mutlak harus dimiliki oleh siapa pun yang ingin memiliki reputasi yang baik. Mengapa? Karena reputasi kita dinilai oleh orang lain, bukan kita sendiri yang mengklaimnya. Apakah Anda ingin memiliki reputasi pribadi yang baik? Jika ya, maka mulailah dengan membiasakan diri untuk memudahkan urusan orang lain.
3. Tetaplah menegakkan prosedur dan kedisiplinan. Kadang-kadang kita suka menjerumuskan diri kedalam sudut pandang negatif. “Kalau kita memudahkan urusan orang lain berarti kita melanggar prosedur,” kita bilang. Kita berpikir begitu, mungkin karena kita belum bisa keluar dari kebiasaan buruk untuk melanggar prosedur. Padahal, memudahkan urusan orang lain tidak selalu harus melanggar prosedur. Justru untuk memudahkan urusan orang lain, kita harus menegakkan prosedur; baik yang tertulis maupun yang sudah menjadi norma umum. Misalnya, first come, first serve. Yang pertama datang, itulah yang dilayani. Atau mengacu kepada KPI. Misalnya, dokumen di meja kita harus segera keluar paling lambat dalam 1 hari. Semua permintaan disposisi dari departemen lain harus sudah selesai selambat-lambat dalam 3 hari. Justru dengan mengikuti prosedur itu kita bisa memudahkan urusan orang lain, karena prosedur dibuat untuk memudahkan urusan semua orang. Jika ada orang yang menegur Anda karena menegakkan prosedur, Anda tidak akan pernah dipersalahkan.
4. Gunakan judgement profesional dan buatlah pengecualian. Prosedur di perusahaan tidak selalu bisa mengakomodasi situasi khusus. Orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan pihak luar tahu benar tentang hal ini. Sayangnya, seringkali tidak dimengerti oleh orang-orang supporting function. Makanya, orang yang berhubungan dengan pihak luar sering tergencet diantara kewajiban untuk melayani pihak luar dengan kengototan membabi buta orang dalam. Jika Anda yang orang dalam itu, maka saya ingin mengajak untuk belajar menggunakan judgment profesional Anda. Kita bukanlah robot yang bekerja sesuai dengan ‘setelan’ program. Kita adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk menilai dan mengambil keputusan. Perhatikanlah jika teman Anda didepartemen lain meminta pengecualian pada kondisi khusus. Janganlah bersembunyi dibalik kata ‘prosedur’. Justru kengototan kita bisa merusak reputasi perusahaan. “Maaf Bung, prosedurnya 14 hari kerja,” misalnya. Gunakan kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan Anda, maka Anda akan tahu bahwa; menyelesaikannya dengan lebih cepat menjaga reputasi perusahaan dimata pihak luar yang menjadi mitra bisnis atau pelanggan Anda. Lagipula, logika umum mengatakan bahwa dalam hal melayani berlaku hukum;”lebih cepat, lebih baik’. Maka gunakanlah judgment profesional Anda.
5. Balaslah keburukan dengan kebaikan. Ada juga orang yang menyulitkan orang lain karena mereka merasa kesal kepada orang itu. Misalnya, “orangnya jutek, ngapain saya mudahin!” Lho, yang jutek salah satu atau keduanya ya? Ada juga yang bilang;”Dia kebiasaannya mau cepat melulu, biar kita lambatin aja sekalian…” Ada lho orang yang berprinsip demikian. Mereka hanya memikirkan untuk ‘membalas’ orang yang tidak ‘cocok’ dengannya tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi orang-orang lain yang tidak kelihatan. Ketika kita membuat susah satu orang dikantor, mungkin efeknya terbawa ke rumah. Disana mungkin ada istri yang sedang hamil. Atau anaknya yang demam. Balita yang membutuhkan susu. Atau, mungkin ada anak yatim yang menantikan sesuatu. Kita tidak pernah tahu. Maka perlakuan buruk kita kepada orang yang tidak kita sukai itu telah salah sasaran. Dan kita jadi berdosa kepada mereka. “Tapi, saya tidak suka dengan cara orang itu menyuruh-nyuruh saya. Bos saya juga nggak gitu-gitu amat!” Apakah Anda pernah mendengar kalimat itu? Sounds familiar, ya. Hey, ingatlah bahwa kita hidup bukan untuk saling berbalas keburukan. Anda adalah orang baik. Maka janganlah ikut terseret untuk meninggalkan sikap dan perilaku baik. Bahkan jika orang lain melakukan keburukan kepada Anda. Balaslah keburukan mereka dengan kebaikan. Mengapa? Karena Anda adalah orang baik.
Memang tidak mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Khususnya memudahkan mereka yang menurut penilaian kita sering menyulitkan kita. Sulit juga untuk memudahkan urusan orang yang suka meminta kita cepat-cepat. Tetapi, bukankah nilai diri kita meningkat semakin tinggi justru ketika kita bisa membuat mudah urusan mereka? Jika hati Anda masih terganjal oleh kedongkolan atas perilaku mereka yang hendak Anda mudahkan urusannya itu, barangkali nasihat dari guru kehidupan saya bisa menjadi bahan renungan. Beliau mengatakan;”Siapa saja yang selama hidupnya gemar memudahkan urusan orang lain, Maka Allah akan memudahkan segala urusannya di dunia dan diakhirat.” Oh, siapakah gerangan yang bisa memudahkan urusan kita secara sempurna selain Dia Yang Maha Kuasa? Maukah Anda dimudahkan urusannya oleh Tuhan? Jika demikian, belajarlah untuk memudahkan urusan orang lain.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 9 Agustus 2011
Natural Intelligence Learning Facilitator
Website: http://www.dadangkadarusman.com
Buktikan "SEIKHLASNYA"; mulai 17 Agustus 2011
Catatan Kaki:
Keikhlasan seseorang dalam melayani tercermin dari usahanya untuk memudahkan urusan orang-orang yang dilayaninya.
No comments:
Post a Comment