Masih ingat betapa antusiasnya
Anda ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan? Tentu dong ya. Saat tahu
diterima bekerja, langsung mengabari semua orang tercinta. Gaji pertama pun
diniatkan untuk mentraktir mereka. Begitu pula ketika kita pertama kali
dipromosi. Atau, mungkin juga pertama kali pindah ke perusahaan yang – kita
kira – lebih baik daripada yang sebelumnya. Betapa antusiasnya kita. Setelah
bertahun-tahun kemudian, apakah antusiasme itu masih ada? Mungkin. Tapi, ada kalanya juga kita diserang
oleh rasa bosan. Nah jika sedang diserang rasa bosan itu, apa yang Anda
lakukan?
Kebosanan ternyata tidak hanya
menyerang mereka yang kehidupan karirnya tidak berkembang alias ‘cuman
begitu-begitu saja’. Orang-orang yang karirnya bagus pun banyak yang lemah lesu
lunglai letoy. Ada yang bilang ‘tidak menantang lagi’. Ada juga yang merasa
mentok, karena terhalang oleh orang yang tidak mau bergeser untuk tetap bertengger
di posisinya selama ini. Jelas sekali jika selain menyerap energy yang sangat
banyak, kebosanan kepada pekerjaan itu juga mempengaruhi secara fisik maupun
emosi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengatasi kebosanan
terhadap pekerjaan, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut
pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:
1. Pindah perusahaan bukanlah jalan keluar satu-satunya. Salah
satu solusi paling umum yang diterapkan kebanyakan orang ketika merasa bosan
dengan pekerjaannya adalah; pindah ke perusahaan lain. Anehnya, di perusahaan
lain pun mereka bekerja di bidang yang sama seperti yang selama ini
dilakukannya. Selain hal ini tidak memberikan pengalaman yang benar-benar baru,
juga tidak selalu cocok untuk segala situasi. Makanya, banyak juga kan yang akhirnya
pindah lagi setelah bertahan tidak lebih dari 2 tahun. Pindah perusahaan memang
bukan jalan keluar untuk mengatasi kebosanan kepada pekerjaan. Meskipun bisa
menjadi salah satu alternatif, kita perlu mencari solusi lain yang lebih
kreatif dan variatif. Jika belum menemukan solusi itu, mungkin kita mesti lebih
rajin menguras daya pikir yang kita miliki.
2. Melakukannya dengan suka cita. Tidak ada yang lebih
menyenangkan selain melakukan segala sesuatunya dengan suka cita. Termasuk
melakukan pekerjaan yang paling membosankan sekalipun. Mungkin Anda mengira
saya bisa berkata begitu karena belum pernah melakukan pekerjaan yang paling
menyebalkan. Ohya? Bagaimana dengan mengeruk pup ayam dari kandangnya? Masuk ke
kolong kandang ayam saja sudah merupakan tantangan berat. Menarik bertumpuk-tumpuk
kotorannya ke luar. Memasukkannya kedalam karung. Lalu memanggulnya ke kebun
sayur. Bisakah Anda membayangkannya? Oh…betapa pekerjaan idaman, bukan? Tidak
banyak orang yang mau melakukan itu. Tetapi sejauh yang saya ingat, itu adalah
salah satu hal paling mengesankan dalam hidup saya. Tidak ada kebosanan selama
ada suka cita.
3.
Ikuti projek dengan departemen
lain. Salah satu temuan saya
menunjukkan bahwa kebanyakan orang melakukan pekerjaan yang sama secara
berulang-ulang. Setiap hari. Selama bertahun-tahun. Mari bayangkan. Jam 8 tiba
di kantor. Ngopi. Ngerjain tugas yang sama dengan kemarin. Istirahat makan
siang. Kerja lagi. Lalu pulang. Besoknya. Menjalani rutinitas yang sama.
Besoknya lagi, begitu lagi. Lakukan itu selama sepuluh tahun. Masih untung
kalau tidak bulukan, kan? Saya beruntung. Karena disela tugas harian itu sering
sekali mengikuti proyek di departemen lain. Makanya, selalu ada hal baru untuk
dilakukan disela rutinitas itu. Adakah yang lebih menyenangkan daripada hal baru?
Coba deh ikut proyek di departemen lain. Maka Anda akan mempunyai variasi baru
dalam menjalani hari-hari kerja Anda.
4.
Menantang diri untuk melakukan
hal baru. Temuan penting lainnya adalah ini; kebanyakan orang
cenderung bersembunyi di zona nyamannya. Kalau sudah mahir dalam satu bidang
pekerjaan, malas untuk mencoba bidang lain. Ngapain susah-susah, katanya. Padahal,
bidang baru yang belum pernah dicobanya itu mungkin merupakan jalan menuju
terkuaknya potensi diri kita yang selama ini belum diketahui. Beresiko memang.
Namun resiko itu pun masih bisa diatasi, jika kita melakukannya di lingkungan
internal perusahaan tempat kita bekerja. Membantu proyek di departemen lain
seperti dijelaskan diatas bisa menjadi pintu masuknya. Curahkan kemampuan secara
penuh disana. Nanti akan kelihatan jika kita mampu di bidang itu. Bahkan, boleh
jadi akan muncul peluang baru yang selama ini tidak kita bayangkan. Misalnya, jika departemen itu butuh orang baru…
hmmh….
5.
Meminta tambahan pekerjaan.
Coba perhatikan, apakah job desc Anda berubah setiap tahun? Tidak. Aneh juga ya
jika setelah bekerja bertahun-tahun itu kita masih juga berjibaku untuk
memenuhi tuntutan jobdesc yang itu-itu saja. Mestinya kan semakin lama,
pekerjaan itu menjadi semakin cetek. Bisa diselesaikan dengan lebih cepat, dan
lebih baik sehingga semakin lama kita bekerja, semakin banyak energy dan waktu
kita yang belum terdayagunakan. Pada saat ‘nganggur’ itu biasanya rasa bosan
nyelonong ke relung kalbu kita. Lalu kita pun menjadi seperti orang yang
linglung. Coba deh datang pada atasan untuk meminta tambahan pekerjaan. Selama
pekerjaan utama kita sudah selesai, maka kita berpeluang mendapatkan
kepercayaan menangani pekerjaan lain. Itu bagus buat atasan kita, dan tentu
bagus buat diri kita sendiri.
Guru kehidupan saya pernah
menceritakan tentang seorang imam agung. Imam Syafe’i namanya. Konon, beliau
adalah orang yang selalu sibuk disepanjang hari yang dilaluinya. Saking sibuknya
beliau dengan kegiatannya, orang-orang bertanya; kapankah gerangan sang alim
itu beristirahat? Beliau menjawab jika istirahat itu berarti berpindah dari
satu pekerjaan, ke pekerjaan yang lainnya. Orang awam seperti kita mungkin agak
susah memahaminya. Tapi, kalau kita ingat lagi; selama ini kita juga
beristirahat dengan cara berpindah dari satu aktivitas kerja kepada aktivitas
lain. Nah selama aktivitas pengganti itu tetap produktif, maka kita juga bisa
beristirahat dengan tetap ‘menelesaikan pekerjaan lainnya’. Begitu rupanya rahasia
produktivistas tinggi yang dicontohkan sang imam. Bisakah kita meneladaninya?
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 24 Juli 2012
Author, Trainer, &
Public Speaker of Natural Intelligence
Kebosanan pada pekerjaan itu menandakan adanya kebutuhan untuk melakukan pertumbuhan. Bertumbuhlah terus. Maka kita akan terhindar dari rasa bosan.
No comments:
Post a Comment