Apakah
Anda pernah direndahkan oleh orang lain?. Semoga saja tidak. Karena
rasanya ternyata sangat tidak enak. Kita boleh tetap berharap agar tidak
pernah sampai mengalaminya sampai kapanpun. Namun hal itu
pun tidak menjadi jaminan jika disuatu saat kelak tak pernah orang yang
merendahkan kita. Nah, sebelum hal itu terjadi, ada baiknya juga jika
kita mempersiapkan diri.
Hal
terbaik untuk menghindari hal tersebut tentu adalah dengan menjadikan
diri kita orang yang selalu berada diatas angin, alias selalu berada
pada posisi yang cukup tinggi. Sehingga, orang tidak tergoda untuk
merendahkan kita. Namun, fakta menunjukkan jika kita tidak selalu berada
pada posisi seperti itu. Bukankah ada peribahasa mengatakan; ‘diatas
gunung masih ada gunung’? Walhasil, selain berupaya keras
untuk selalu berada pada posisi dan martabat yang tinggi itu memang kita
butuh sikap mental yang tepat untuk mengantisipasi situasi yang tidak
enak itu.
Ketika
orang lain merendahkan kita, jangan sampai hati kita terpengaruh.
Soalnya, hati merupakan titik terlemah mental kita. Jika kita sudah
merasa sakit hati, maka rasa sakit itu sulit sekali dicarikan obat
penyembuhnya. Itulah sebabnya mengapa kita masih ingat kepada orang yang
menyakiti hati kita puluhan tahun yang lalu. Orang yang menyakiti itu
mungkin sudah meninggal. Tapi rasa sakit di hati masih terasa sampai
saat ini. Maka dari itu, langkah pertama setiap kali berhadapan dengan
orang yang merendahkan kita adalah; melindungi agar kalbu kita tidak
terpengaruh oleh perlakuan buruk mereka.
Hal
kedua yang perlu kita lakukan adalah menjaga pikiran agar jangan sampai
menyimpan memori itu. Biasanya, kita lebih mudah mengingat kata-kata
negatif orang lain daripada nasihat yang baik-baik. Buktinya kita sering
lupa pelajaran di sekolah, di ruang-ruang seminar, dan di majlis
taklim, maupun forum-forum keilmuan lainnya. Tapi, lain halnya dengan
kalimat buruk yang dikatakan oleh tetangga sebelah. Atau oleh atasan.
Atau oleh teman. Hanya satu kalimat buruk yang keluar dari mulut mereka.
Namun kepala kita bisa mengingatnya sepanjang masa. Oleh karenanya,
langkah kedua setiap kali berhadapan dengan orang yang merendahkan kita
adalah; menjaga agar akal kita tidak terpengaruh oleh perkataan buruk
mereka.
Iya,
teori sih gampang. Tapi prakteknya sulit minta ampun. Jadi kongkritnya
melindungi kalbu dan menjaga akal itu bagaimana? Orang-orang bijak
mempunyai resep begini; “Katakan pada diri sendiri bahwa; Anda lebih baik daripada orang yang merendahkan Anda itu!”
Dengan demikian, maka perlakuan buruk mereka bisa menjadi motivasi bagi
Anda untuk membuktikan bahwa Anda memang lebih baik daripada mereka
yang merendahkan itu. Bagus? Bagus sekali. Tetapi, hati-hati lho dengan
efek sampingya. Oh, adakah efek sampingnya? Ada. Yaitu, aura
kesombongan. Makanya, kalau seseorang berhasil meraih pencapaian yang
tinggi suka tergoda untuk menunjukkan kepada orang yang pernah
merendahkannya. “Dulu kamu merendahkan saya. Sekarang sudah
saya buktikan kalau saya lebih baik dari kamu!”
Ingatkah
Anda bahwa Iblis atau Lucifer itu pada awalnya hanya memiliki satu
kelemahan, bernama; kesombongan? Kata Lucifer; “Kesombongan adalah dosa
favorit gue!” Makanya, Iblis paling senang kepada orang yang gigih
berjuang karena pernah direndahkan, lalu berhasil bangkit dari
keterpurukan, kemudian bisa menunjukkan kepada orang yang pernah
merendahkannya. “Orang yang pernah kamu rendahkan itu kini sudah lebih
sukses daripada kamu!”. Maka sekarang, Lucifer mengatakan;”Ahahaha…
orang ini sudah menjadi pengikut favorit gue!” Tanpa disadari, kita
sudah semakin dekat kepada sifat dan perilaku iblis. Padahal, awalnya
kita hanya ingin membuktikan bahwa kita ini lebih baik daripada orang
yang pernah merendahkan kita.
Jadi
bagaimana dong caranya agar kita masih bisa positif tanpa terseret oleh
godaan Iblis itu? Bukankah kita tidak ingin menjadi temannya Lucifer?
Ijinkan saya untuk menunjukkan sebuah cara sederhana untuk Anda. Yuk
kita coba mengubah kalimat tadi menjadi begini: “Katakan pada diri sendiri bahwa; Orang yang merendahkan Anda itu tidak lebih baik daripada diri Anda.”
Bisakah
Anda menemukan perbedaan antara kalimat pertama yang sering menjadi
senjata ampuh bagi kebanyakan orang itu dengan kalimat kedua yang saya
sarankan ini? Pada kalimat kedua ini, kita tidak memberi ruang bagi
kesombongan untuk tumbuh didalam diri kita. Mengapa? Karena kita
menyadari bahwa sebagai manusia memang kita memiliki kelemahan. Pada
saat yang sama kita juga sadar bahwa orang lain yang merasa dirinya
tinggi itu juga punya kelemahan kok. Sehebat apapun dia hingga
merendahkan kita, dia itu bukan manusia sempurna. Makanya, dia tidak
lebih baik dari kita.
Kenapa
kita mesti sakit hati karena direndahkan oleh orang yang tidak lebih
baik dari kita? Kenapa pikiran kita mesti dikotori oleh
perkataan-perkataan orang yang tidak lebih sempurna dibandingkan kita? Dengan
begitu, kita bisa tetap melindungi hati dari rasa sakit yang tidak
perlu. Sekaligus menjaga kebersihan akal agar tidak sampai memikirkan
teknik dan strategy untuk membalas dendam. Sehingga kita bisa terhindar
dari kemungkinan menjadi pengikut Iblis tanpa kita sadari.
Rasulullah
pun mengingatkan kita bahwa Tuhan secara tegas melarang perilaku
merendahkan orang lain. Boleh jadi, orang yang direndahkan itu lebih
baik daripada orang yang merendahkannya. Itu baru ‘boleh jadi’ lho.
Belum mutlak. Mengapa baru sebatas ‘boleh jadi’? Karena ukuran apakah
seseorang yang direndahkan itu benar-benar lebih baik dari orang yang
memperoloknya tidak semata-mata ditentukan oleh keberhasilan orang itu
untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi dari orang yang
merendahkannya. Melainkan juga ditentukan oleh sikap dan perilaku
terpujinya setelah berhasil meraih pencapaian tinggi itu.
Jika
dia mengikuti sifat Iblis, maka dia akan menggunakan kesuksesannya
untuk menyombongkan diri dihadapan mereka yang pernah merendahkannya.
Namun, jika dia mengikuti kemuliaan sifat Rasulullah, maka dia akan
tetap menjadi pribadi yang rendah hati meskipun hidupnya ditaburi dengan
prestasi dan pencapaian yang tinggi. Karena dia tahu, bahwa semua
pencapaian itu tidak mungkin diraihnya tanpa limpahan kasih sayang dari
Ilahi. Sehingga setiap pencapaian, tidak menghasilkan hal lain selain
rasa syukur yang semakin mendalam. Pantesan…, Tuhan kok semakin sayang
kepada orang seperti itu, ya?
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
http://www.dadangkadarusman.com/ – 4 Juli 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
No comments:
Post a Comment