Alkisah tersebutlah seorang pemuda yang memutuskan untuk berjualan mangga. Setiap mangga yang akan dibeli oleh pelanggan ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan miliknya.
Seperti sebelumnya, ia masih menggunakan timbangannya yang dulu untuk menimbang jeruk yang akan dibeli pelanggan. Lagi-lagi, usaha jeruknya pun semakin merugi.
Pantang menyerah ia lantas alih profesi berjualan pisang. Meskipun sudah tiga buah berbeda, tetap saja ada yang sama dengan sebelum-sebelumnya, yaitu timbangan tua yang sama yang selalu ia gunakan.
Apakah saudara bisa menebak bagaimana nasib usaha pisangnya? Iya, usaha pisangnya kandas.
Dengan rasa penasaran ia menyelidiki apa penyebab para pelanggan yang selalu saja menjauhinya. Ternyata satu-satunya alasan adalah ada yang tidak beres dengan timbangannya itu. Pelanggan merasa barang apa saja yang mereka beli dari si pemuda selalu lebih sedikit dibandingkan di toko buah lain. Sekarang ia sadar dan segera menggantinya dengan timbangan baru.
Selanjutnya, mari kita lihat diri kita sendiri, jangan-jangan kita juga tanpa sadar selalu menggunakan timbangan kesayangan kita dalam melakukan sesuatu di kehidupan ini.
Kita selalu menimbang-nimbang segala sesuatu menurut keinginan kita semata, tanpa kita merasa perlu menimbang lagi apakah hal itu diridhai Allah atau tidak. Inilah timbangan tua yang selalu kita pakai. Akibatnya? Keberkahan selalu saja menjauh dari diri kita.
Apakah temen - temen bisa menebak bagaimana nasib seseorang yang keluarganya kurang berkah, bisnisnya kurang berkah, dan umurnya kurang berkah?
Maka sekarang waktunya kita sadar dan segera mengganti dengan timbangan baru. Bagaimana caranya? Yaitu setiap kali melakukan sesuatu di kehidupan ini, satu-satunya timbangan kita adalah keridhaan Allah.
Jika setelah ditimbang-timbang kita merasa hal tersebut diridhai Allah, maka laksanakan. Jika tidak, maka tinggalkan.
Salam Hijrah :)
Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!
Sumber Inspirasi : @syauqiy_ahmad_labyb Hasanah Land
No comments:
Post a Comment