Kita semua
sudah mengetahui jika kepemimpinan itu berkaitan dengan usaha mencapai
suatu tujuan melalui pengelolaan orang lain. Oleh karenanya, kinerja
kepemimpinan sangat ditentukan oleh kinerja orang lain. Di sisi lain,
kita juga menyadari bahwa ketika kita menggantungkan segala sesuatu
kepada kinerja orang lain maka itu hampir sama artinya dengan
menyerahkan control kepada orang lain. Jika orang lain melakukannya
dengan baik, maka kinerja kita akan baik. Sebaliknya jika orang lain
mengerjakannya dengan buruk, maka buruk pulalah hasil akhir dari
pekerjaan kita. Makanya, tidak heran jika banyak pemimpin yang memilih
untuk ‘mengerjakan sendiri’, karena tidak bisa mengandalkan anak buahnya
menuntaskan pekerjaan penting.
Sekarang,
kita dihadapkan pada dua pilihan. Satu, mempercayakan pekerjaan penting
kepada orang-orang yang kita pimpin dengan resiko keberhasilan akhirnya
terletak pada ‘tangan mereka’. Dua, mengerjakannya sendiri dengan resiko
kita terlibat dalam sedemikian banyaknya pekerjaan teknis. Tampaknya
ini bukanlah pilihan yang selalu mudah. Buktinya, banyak atasan yang
kesal karena tidak puas dengan kinerja bawahannya. Dan. Banyak juga
atasan yang menghabiskan lebih banyak energy dan waktunya untuk
melakukan hal-hal teknis ketimbang berfokus pada aspek-aspek strategis.
Pilihan
nomor 2, hanya cocok untuk kondisi kritis. Misalnya, ketika pekerjaan
mesti segera selesai padahal anak buah kita belum mampu
menyelesaikannya. Pada saat itu, seorang pemimpin mesti turut
menyingsingkan lengan baju. Namun – sekali lagi – hanya pada situasi
kritis. Pada kondisi normal, seorang leader mesti mampu mengijinkan anak
buahnya untuk mengatasi pekerjaan hariannya dengan sebaik-baiknya.
Masalahnya, mereka belum bisa melakukan pekerjaan sehingga sang pemimpin
belum bisa tenang hati tanpa campur tanganya. What should we do then?
Melatih
dan mengembangkan mereka, sampai mereka benar-benar bisa ‘dilepas’
untuk bisa menangani pekerjaan secara mandiri dan berkualitas tinggi.
Itulah jawaban dari pertanyaan tadi. Mari perhatikan kembali jawaban
diatas. Jika kita cermati, ada tiga aspek penting yang terkandung
didalamnya. Jika kita bisa memberikan perhatian kepada ke-3 aspek itu,
maka kita akan bisa menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih baik
lagi. Apa sajakah ke-3 aspek itu? Mari kita bahas satu persatu.
Pertama, melatih.
Practice makes perfect. Latihan itu membuat kita semakin terampil
mengerjakannya. Makanya, jika seseorang belum juga mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar orang itu tidak cukup
melakukan latihan. Banyak lho, pemimpinan yang menuntut anak buahnya
untuk bekerja dengan baik tapi tidak memberikan kesempatan untuk
berlatih. Jika Anda rajin memberikan latihan kepada anak
buah Anda misalnya, hasilnya tentu akan berbeda dengan orang lain yang
jarang – apalagi tidak pernah – melatih anak buahnya. Rajin-rajinlah
melatih anak buah Anda. Maka mereka akan semakin terampil dalam bekerja.
Kedua, mengembangkan.
Apa sih masalahnya dengan pengembangan? Masalahnya adalah; kita sering
sudah merasa cukup jika anak buah kita sudah bisa mencapai target.
Bahkan ada guyonan umum seperti ini;”Kalau target elo tercapai, tenang
aja. Elo nggak bakal diusik-usik!” Tentu bagus jika team kerja kita bisa
mencapai target. Namun, hati-hati dengan efek samping. Oh, apakah
keberhasilan punya efek samping? Tentu. Efek samping itu bernama; cepat
merasa puas. Kita sudah puas dengan tercapainya target. Padahal boleh
jadi, kemampuan kita yang sesungguhnya masih jauh diatas itu. Tapi
karena semua sudah tercapai, maka kita tidak mendayagunakan kemampuan
yang belum terpakai itu. Disinilah fungsi penting seorang pemimpin dalam
mengembangkan anak
buahnya. Sebab, pencapaian target hanya akan menjadikan team kita
rata-rata. Tetapi pengembangan, menjadikan mereka orang-orang yang
unggul.
Ketiga, kemandirian.
Nilai kepemimpinan seseorang tidak diukur dari seberapa efektifnya
suatu team kerja ketika atasannya sedang berada ditempat. Justru ketika
atasannya sedang tidak ditempat; apakah team kerja itu masih efektif
atau tidak. Mudah untuk menemukan team kerja yang bagus jika
ditongkrongi oleh atasannya. Tetapi, team kerja yang bisa dipercaya.
Memegang amanah pekerjaan. Menegakkan kedisiplinan di lingkungan mereka,
sekalipun atasannya sedang tidak ada; ini masih sangat langka. Bisakah
kita membangun asas kemandirian itu? Inilah salah satu ujian tertinggi
dalam karir kepemimpinan seseorang.
Bagaimana dengan kualitas tinggi? Itu bukan prasyarat. Melainkan hasil yang bisa didapat seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan memimpin
yang tinggi. Singkatnya, kita bisa mengukur kualitas kepemimpin kita
dengan 3 hal. Yaitu; bagaimana kita melatih anak buah kita, bagaimana
kita mengembangkan mereka, dan bagaimana kita membangun kemandirian
setiap anggota team. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang hebat
dalam sebuah team kerja, berkorelasi langsung dengan orang yang memimpin
mereka. Jika hanya ada satu orang bagus dalam team itu, mungkin dia
sendirilah yang memacu dirinya sendiri. Tapi jika semua anggota team itu
bagus, maka jelas sekali jika pemimpinnya, memimpin dengan cara yang
bagus. Jenis pemimpin seperti
inilah yang akan bangga ketika ditanya; “Apa yang Engkau lakukan selama
memimpin di dunia, wahai hamba-Ku?” Lalu jawabnya; “Lihatlah
orang-orang yang bagus itu, Tuhanku. Itulah hasil karyaku selama aku
memimpin mereka…..”
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
http://www.dadangkadarusman.com/ – 26 Juni 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Jejak
langkah seorang pemimpin terlihat dari kualitas pribadi seluruh anggota
teamnya. Jika orang-orangnya bagus, pastilah pemimpinnya juga bagus.
No comments:
Post a Comment