Ikhlas
dalam bekerja? Kedengarannya kok seperti ceramah agama, sih! Beruntung
sekali saya bukan ahli agama, sehingga apa yang akan kita bahas sekarang
bukanlah soal agama, melainkan soal kehidupan kerja kita. Karenanya,
terlepas dari apapun agama dan keyakinan Anda; maka urusan bekerja
dengan ikhlas ini mungkin berkaitan langsung dengan hidup Anda. Mengapa
demikian? Karena dengan keikhlasan itu, kita bisa sampai kepada
pencapaian tertinggi dalam pekerjaan yang kita tekuni sehari-hari.
Banyak
orang yang mengira jika ikhlas itu berarti tidak mengharapkan imbalan
apapun. Faktanya tidaklah demikian. Ikhlas itu tidak ada sangkut pautnya
dengan imbalan. Karena ikhlas menitik beratkan kepada penerimaan. Bukan
hanya penerimaan material, melainkan penerimaan hati nurani terhadap
apapun yang terjadi pada dirinya sendiri. Dengan ikhlas itu kita bisa
menemukan makna dari setiap kejadian tanpa harus tersiksa oleh perasaan
yang bergemuruh didalam dada. Mengapa? Karena dengan keikhlasan itu kita
bisa merelakan semuanya, sehingga kejadian paling menyakitkan pun
pengaruh buruknya bisa dengan mudah dihilangkan. Kita, jadi tidak mudah
terpengaruh. Lalu segera bangkit dan bergerak lagi.
Contoh
aktualnya saja. Kita menginginkan tempat kerja yang menyenangkan.
Faktanya, di kantor kita; tidak semua hal memenuhi apa yang kita
inginkan itu. Boleh saja jika kita berharap mendapatkan bayaran yang
tinggi, tetapi belum tentu kantor memenuhi harapan itu. Kita ingin
mendapatkan promosi, namun setelah bertahun-tahunpun bisa saja
kesempatan itu tidak kunjung datang. Kita mau punya rekan kerja yang
solider dan kompak, namun mungkin saja diantara mereka ada yang doyan
sikut-sikutan dan berebut mencari muka pengambil keputusan. Kita juga
ingin punya atasan yang pengertian, tetapi boleh jadi malah mereka
memperlakukan kita seenaknya saja.
Hidup
kita, tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitulah
kenyataannya. Padahal, setiap kejadian yang tidak sesuai dengan harapan
selalu berpotensi untuk menimbulkan kekecewaan. Misalnya saja; kita
berharap kenaikan gaji bisa double digit. Maka sebelum surat kenaikan
itu kita terima pun kita sudah mereka-reka; kira-kira akan naik segini,
sehingga take home pay kita akan menjadi segono. Wajar dong, karena –
menurut kita – prestasi kerja kita tahun lalu bagus sekali. Begitu surat
resmi soal kenaikan gaji itu kita terima, eh…ternyata jauh lebih rendah
dari yang kita harapkan. Tidak merasa kecewa? Sulit jika, kita sudah
punya harapan yang tinggi sebelumnya.
Apa
yang akan terjadi jika kita tidak ikhlas menerima keadaan itu? Kita
bakal menggerutu. “Gue sudah kerja keras begini, eh kenaikan gaji gue
cuman secemen ini!” Sayangnya, tidak ada gerutuan yang mengahsilkan
energy positif. Setiap gerutuan selalu disertai dengan energy negatif
sehingga setiap kali menggerutu, kita memasukkan sejumlah tertentu
keburukan kedalam kalbu. Semakin lama, semakin banyak energy nergatif
itu sehingga; semakin mudah juga kita menggerutu bahkan terhadap hal-hal
yang sepele sekalipun. Mungkinkan kita bekerja lebih baik disaat kita
senang menggerutu? Tidak. Kualitas kerja kita tentu akan memburuk.
Beda
sekali dengan orang yang ikhlas. Didalam hatinya penuh dengan
penerimaan. Apapun yang terjadi kepada dirinya diterima dengan lapang
dada. Ketika perusahaan membuat kebijakan yang tidak sejalan dengan
keinginannya, dia tetap tenang. Ketika atasannya berperilaku sok
seenaknya, dia masih bisa bersabar. Ketika teman-temannya bersaing
secara tidak sehat, dia terus mampu tersenyum. Karena dia memiliki
kemampuan untuk menerima keadaan itu dengan keikhlasan yang paling
dalam. Mungkinkah kita bekerja lebih baik disaat kita ikhlas menerima
keadaan? Tentu. Sebab didalam hati kita, tidak ada sedikit pun ganjalan
yang menghalangi untuk melakukan sesuatu dengan yang terbaik yang kita
bisa.
Makanya,
orang ikhlas selalu bisa bertumbuh kembang. Ditempat, atau dalam
situasi apapun yang dihadapinya. Sebab dia percaya, bahwa
ketidaknyamanan yang dialaminya tidak lebih dari sekedar ujian untuk
mengukur; seberapa gigih dia, dalam usahanya untuk menunjukkan kualias
pribadi yang sesungguhnya. Apapun yang terjadi, dia berusaha untuk
menampilkan diri dengan sebaik-baiknya. Karena dia percaya, bahwa Tuhan;
telah menciptakan dirinya melalui proses penciptaan yang sempurna.
Semua
yang dilakukannya di tempat kerja, adalah bagian dari rasa syukurnya
kepada Sang Pencipta. Sehingga dia menangani perkerjaannya dengan
sepenuh kesungguhan. Dengan cara itu, dia bisa menunjukkan kepada dunia;
tentang betapa Tuhan telah menciptakan dirinya dengan kesempurnaan yang
tiada bandingan. Sehingga dalam situasi buruk pun, ‘seseorang’ yang
telah Tuhan ciptakan ini bisa berkarya hingga di puncak kapasitas
dirinya. Begitulah cara seorang pribadi yang ikhlas membuat pencapaian tinggi dalam hidupnya .
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
http://www.dadangkadarusman.com/ – 22 Juni 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Orang
yang ikhlas dalam bekerja itu tidak menurunkan kualitas kerjanya
sekalipun tengah berada dalam situasi yang kurang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment