Catatan Kepala: ”Atasan
yang ditakuti itu seperti pintu gerbang yang terbuka lebar menuju
pertumbuhan pribadi dan perkembangan karir di jalur paling cepat.”
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Seseorang
berjalan di selasar kantor. Tiba-tiba dia berbelok secara mendadak.
Kenapa dia berbelok? Karena dia melihat kalau boss besar sedang berjalan
di selasar yang sama menuju ke arahnya. Dari pada harus berpapasan
dengan boss, dia memilih untuk pura-pura berbelok. Kondisi yang saya
ilustrasikan ini bukanlah rekaan semata. Itu adalah kejadian nyata di
dunia kerja kita. Apakah Anda pernah menemukan situasi yang sama di
tempat kerja Anda? Sekarang, mari bayangkan; ketika semua orang menjauhi
atasan yang ditakuti itu – Anda justru mendekat kepadanya. Seandainya
Anda berhasil menjadi mitra terdekatnya; kira-kira manfaat apa yang bisa
Anda dapatkan?
Diantara
sekian banyak orang yang menghindari berpapasan dengan atasan yang
ditakuti itu, ada satu karyawan yang melakukan hal berbeda. Dia berjalan
lurus. Berpapasan. Saling menyapa. Dan ternyata? Dia tidak mengalami
hal buruk apapun. Bahkan, kemudian orang ini menjadi semakin dekat
dengan atasan yang ditakuti itu. Lalu, dia mendapatkan kepercayaan yang
lebih besar. Dan jabatan yang lebih tinggi. Orang ini menemukan bahwa
atasan yang ditakuti itu seperti pintu gerbang yang terbuka lebar menuju
pertumbuhan pribadi dan perkembangan karir di jalur paling cepat. Bagi
Anda yang tertarik menemani saya belajar mengambil manfaat dari
kehadiran atasan yang ditakuti, saya ajak memulainya dengan memahami dan
menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Kita membutuhkan mentor tangguh.
Kualitas tinggi hanya bisa diraih melalui konsistensi atas
tindakan-tindakan luar biasa. Untuk bisa konsisten, kita butuh
kedisiplinan. Sedangkan sifat alamiah manusia adalah melakukan sesuatu
sesuka hati. Sayangnya, hal-hal yang dilakukan sesuka hati itu sering
lebih mengedepankan ‘apa yang kita suka’ daripada apa yang semestinya
kita lakukan. Karena cenderung mengikuti ego, kita sering tergoda untuk
melakukan ‘yang enak-enaknya saja’. Walhasil, kualitas pribadi kita
menjadi
semakin jauh dari keunggulan. Atasan yang sangat menuntut biasanya
adalah pribadi yang tegas dalam menerapkan kedisiplinan. Kita sering
tidak menyukainya karena dia menuntut kita untuk melakukan sesuatu yang
‘bukan yang kita inginkan’. Padahal, orang seperti inilah yang bisa
menjaga kita untuk tetap dalam jalur tindakan-tindakan luar biasa itu.
Itulah mentor yang tangguh.
2. Memandang dari sudut yang sama.
Ketidakcocokan kita dengan orang lain seringkali hanya disebabkan oleh
perbedaan sudut pandang. Ketika kita memandang dari sudut yang sama,
tiba-tiba saja semua persepsi menjadi sama. Lalu perbedaan menjadi tidak
bermakna lagi. Begitu pula halnya dengan hubungan antara atasan dan
bawahan. Kita sering tidak menyenangi atasan karena kita belum memiliki
kesamaan pandangan. Bukan karena kesalahan atau kerusakan moral yang
bersangkutan. Oleh karenanya, penyebab utama mengapa kita
tidak cocok dengan atasan adalah karena kita tidak menggunakan sudut
pandang yang sama dengannya. Belajarlah untuk menggunakan sudut pandang
yang sama. Maka kita, akan memahami, mengapa atasan kita berprinsip atau
bertindak seperti itu. Dan kita bisa menemukan kecocokan dengannya.
Sehingga kita sudah tidak takut lagi kepadanya.
3. Berikan masukan secara tulus.
Kebanyakan orang berprinsip begini;’Sia-sia saja memberi masukan pada
atasan. Dia tidak akan mau mendengar masukan dari kita”. Dari pada
menyampaikan kritikan itu secara langsung, mereka pilih menggunjing atau
berkasak-kusuk di belakang. Walhasil, kedua belah pihak tidak
mendapatkan manfaat apapun. Mana yang Anda suka, seseorang membicarakan
keburukan Anda dibelakang. Ataukah orang yang datang kepada Anda, lalu
menyampaikan masukan dan kritikan itu langsung kepada Anda? Normalnya,
Anda pilih opsi kedua. Begitu pula atasan Anda. Terlebih lagi jika
kebanyakan orang
takut untuk bertemu dengannya. Maka ketika Anda sanggup memberikan
masukan konsttruktif yang tulus kepadanya; Anda akan menjadi orang yang
langka baginya. Dan nilai Anda akan menjadi semakin baik dimatanya.
4. Raih kepercayaan darinya. Setiap
orang membutuhkan orang lain yang bisa dipercaya. Tidak selalu terkait
hal-hal rahasia. Tetapi juga hal sederhana soal kepercayaan dalam
mengerjakan suatu penugasan. Atasan Anda tidak punya banyak pilihan.
Karena beliau tahu jika kebanyakan karyawan ogah dikasih tantangan
pekerjaan yang susah. Maunya yang gampang-gampang saja. Jika Anda
mengambil arah yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Lalu Anda
membuka diri untuk kemungkinan penugasan yang berat itu, maka Anda
berpeluang untuk memperoleh kepercayaan yang sangat sulit diberikan itu.
Atasan Anda punya
tugas-tugas penting yang tidak bisa diselesaikan sendirian olehnya.
Beliau butuh mitra terpercaya. Yang handal. Tangguh. Tahan banting. Bisa
diajak berlari kencang. Dan tidak mengkerut saat dilecut. Jika Anda
bisa memenuhi kriteria itu, maka Anda akan bisa meraih kepercayaan
darinya.
5. Berfokus kepada kinerja dan profesionalitas.
Jika diperhatikan dengan seksama, setiap atasan yang ditakuti selalu
mempunyai ‘orang dekat’. Dan coba perhatikan lagi, setiap orang yang
dekat dengan atasan yang ditakuti berpeluang untuk dituduh secara
negatif. Dengan dekat kepada atasan yang ditakuti, mungkin ada juga
orang yang memandang Anda secara miring. Namun, prasangka negatif itu
bisa sirna jika selama membangun kedekatan itu Anda menunjukkan kinerja
dan
profesionalitas yang tinggi. Memang mudah untuk menuduh yang
tidak-tidak kepada orang yang kinerjanya buruk dan profesionalitasnya
rendah. Namun, kepada orang yang nyata-nyata menunjukkan kemampuan yang
tinggi, bahkan lawan pun akan respek kepadanya. Maka tantangannya
adalah; bisakah kita menjadi orang dekat sang atasan yang ditakuti itu,
dengan mengedepankan kinerja dan profesionalitas kita yang tinggi.
Memang
banyak kok atasan yang sulit. Perfeksionis. Menuntut. Bawel. Banyak
maunya. Sering menyuruh yang susah-susah. Faktanya, atasan seperti itu
sering dijauhi oleh bawahannya. Artinya, hanya sedikit orang yang bisa
masuk ke dalam ‘wilayahnya’. Oleh karenanya, hanya sedikit
pula orang yang menjadi pilihan untuk diberinya kepercayaan yang lebih
besar. Bagaimana Anda melihat situasi itu? Apakah sebagai keadaan
menyebalkan. Ataukah sebagai peluang? Pilihannya ada di
tangan Anda. Namun mari bayangkan jika Anda bisa menjadi salah satu dari
orang yang sedikit itu. Bukanlah ada begitu banyak manfaat yang bisa
Anda dapatkan? Dicoba deh.
Catatan Kaki:
Bukan atasan yang harus menyesuaikan diri dengan kita. Jika ingin maju, kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan gaya mereka.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 11 Juni 2012
No comments:
Post a Comment